Psikodiagnostik : Usaha
untuk mengukur karakteristik individu melalui pengamatan terhadap gambaran
eksternal, misalnya fisiognomi, kraniologi,grafologi studi tentang suara, cara
berjalan, bergerak, dsb.
Psychodiagnostic
is the attempt to assess characteristics through of the observation of external
fatures, as physiognomy, craniology, graphology, study of voice, gait, etc. (James
Drever,1971)
Psikodiagnostika
adalah studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah
laku, cara berjalan, langkah, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, suara dan
seterusnya (Kamus Psikologi C.P. Chaplin).
Sejarah Psikodiagnostik
Istilah
Psikodiagnostik pertama kali diperkenalkan oleh Herman Rorschach yang
dimana menampilkan tesnya sebagai metode Psychodiagnostic (1921)
-> Tes Rorschach (10 buah kartu yang bergambar percikan tinta hitam dan
tinta warna). Metode ini untuk menilai adanya kelainan – kelainan psikis pada
seorang pasien mental.
Peneliti
sebelumnya yang melakukan penelitian tentang bercak tinta :
· Alfred
Binet tahun 1895
· Dearborn
pada tahun 1896
· Whipple
melakukan standarisasi 1 tahun 1910
· Herman
Rorschach melakukan publikasi Tes Ro pada tahun 1921
Sejarah Tes Psikologi
|
|
2200 SM
|
Pemerintahan
kerajaan Cina mulai mengadakan tes seleksi penerimaan pegawai baru
|
Yunani Kuno
|
Kerajaan Yunani
Kuno mulai mengadakan tes untuk evaluasi proses pendidikan
|
Abad Pertengahan
|
Universitas di
Eropa mulai menggunakan test untuk pendidikan formal
|
1837
|
Seguin
mempelopori pemberian pelatihan bagi penderita retardasi mental dan
memberikan perhatian pada aspek diskriminasi sensoris dan pengembangan
kendali motorik pada anak. Dasar ini kemudian menjadi dasar dari tes
inteligensi non verbal
|
1838
|
Esquirol
mempublikasikan Mental Retardation (MR) berdasarkan macam dan
tingkat gangguannya
|
1884
|
Francis Galton
mengadministrasikan test battery pertama untuk ribuan orang di International
Health Exhibit
|
1890
|
James McKeen
Cattel menggunakan istilah tes mental di dalam menggunakan alat tes battery
yang diciptakan Galton
|
1897
|
Ebbinghaus
mengembangkan tes aritmatic, memory span, dan sentence completion
|
1901
|
Clark Wissler
menemukan fakta bahwa Brass Instrument tidak memiliki korelasi dengan
pencapaian nilai akademik seseorang
|
1905
|
Binet dan Simon
menemukan tes kecerdasan modern pertama
|
1913
|
Robert Yerkes
menciptakan Army Alpha dan Army Beta untuk merekrut sukarelawan perang dunia
pertama
|
1916
|
Lewis Terman
merevisi alat tes Binet dan Simon maka lahirlah Stanford dan Binet
|
1917
|
Robert Woodworth
menciptakan Personal Data Sheet, alat tes kepribadian yang pertama
|
1920
|
Rorschach
Inkblot ditemukan oleh Herman Rorschach
|
1921
|
Psychological
Corporation, peneliti utama dari alat-alat tes psikologi didirikan oleh
Cattell, Thorndike dan Woodworth
|
1925
|
Berkembangnya
SAT (Scholastic Aptitude Test) oleh Bingham dan teman-temannya dan
dikembangkan kembali oleh Spearman, Thurstone, Kelly
|
1927
|
Edisi Pertama Strong
Vocational Interest Blank diterbitkan
|
1939
|
Weschler
Bellevue Intelegence Scale diterbitkan
|
1942
|
Minnesota
Multiphasic Personality Inventory diterbitkan
|
1949
|
Weschler
Intelegence Scale untuk anak-anak diterbitkan
|
Prinsip-prinsip Dalam Pelaksanaan Psikodiagnostik :
1. Memberikan
perlakuan yang sama pada semua individu yang hendak dites,
2. Ada
kesadaran individu untuk menjalani psikodiagnostik, sebab jika tidak ada
kesadaran, tentulah hasilnya tidak sesuai dengan tujuannya.
3. Tersedia
sarana dan prasarana untuk pemeriksaan psikologis, misalnya ada macam-macam tes
yang diperlukan; ruang pemeriksaan memadai, waktunya cocok dan cukup.
Proses dalam
Psikodiagnostik :
1. Proses informal melalui pandangan
seseorang menilai individu dalam kesehariannya dan biasanya terjadi
kesalahpahaman (kesan). Kesalahan yang umumnya terjadi dalam proses informal :
1) Kesalahan
dari penilai
2) Kesalahan
dari yang dinilai
2. Proses formal melalui kegiatan yang
sistematis dan terarah sehingga diperoleh data yang objektif dan akurat. pendekatan
dalam proses formal:
1) Pendekatan
klinis
2) Pendekatan
objektif
Metode dan teknik Psikodiagnostika :
Ada beberapa
metode dalam psikodiagnostika, yaitu :
1. Observasi
Observasi
adalah salah satu metode dalam psikodiagnostika, yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap subjek yang
diteliti
2. Wawancara
Wawancara
atau interview merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, yang
berlangsung antara interviewee dan interviewer. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi dimana interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh interviewee.
3. Tes
Psikologi
Tes
Psikologi : is a systematic procedure for obtaining samples of behavior, relevant
to cognitive, affective,or interpersonal functioning, and for scoring and evaluating
those samples according to standards. (dalam Essentials of Psychological
Testing, 2014). Tes
dapat membantu memperoleh gambaran diri subjek. Kelebihan dari tes adalah
bentuknya yang sudah standar, sehingga mengurangi bias yang mungkin muncul
selama proses pemeriksaan berlangsung. Respon yang diberikan diubah dalam
bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi
sesuai dengan norma yang ada.
Tujuan Tes Psikologi :
1.
Menyaring
para pelamar kerja, program pelatihan, dan pendidikan,
2.
Mengelompokkan
dan menempatkan orang – orang ke dalam konteks pendidikan dan pekerjaan,
3.
Memberikan
konseling dan bimbingan individu untuk tujuan konseling pendidikan,kejuruan (vocational),
dan personal,
4.
Mempertahankan
atau membubarkan, mempromosikan dan memutar mahasiswa atau karyawan pada
program pendidikan atau peatihan serta situasi kerja,
5.
Mendiagnosis
dan menentukan perawatan psikologi dan fisik di klinis dan rumah sakit,
6.
Mengevaluasi
perubahan kognitif, intrapersonal (dalam diri) dan interpersonal (antar orang)
dalam kaitannya dengan program pendidikan, psikoterapetik, dan program
intervensi perilaku lainnya,
7.
Menyelenggarakan
penelitian mengenai perubahan perilaku sepanjang waktu san mengevaluasi
efektivitas program, atau teknik baru.
Kegunaan Psikodiagnostik :
1.
Clinical setting (RS atau pusat kesehatan mental)
2.
Legal setting (peradilan, LP atau tempat rehabilitasi)
3.
Educational and vocational selection (pemilihan jurusan di SMA/K, Perguruan
tinggi)
4.
Research setting (pengembangan penelitian)
Tes sebagai
alat pembanding atau pengukur supaya dapat berfungsi secara baik haruslah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai
berikut:
1. Valid
2. Reliabel
3. Distandardisasikan
4. Objektif
5. Diksriminatif
6. Komprehensif
7. Mudah
digunakan
4. Analisa
Dokumen & Riwayat Hidup
Dokumen
yang dapat dianalisa dapat berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan
medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan,
dsb. Data dalam bentuk dokumen ini memiliki kelebihan, yaitu data dapat lebih
terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional.
Tes Kecerdasan / Inteligensi (Intelligence)
Kecerdasan merupakan kemampuan berfokus dan mempertahankan kemampuan seseornag untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tes ini disusun dan dikembangkan untuk mengetahui kemampuan dasar individu secara umum. Tes kecerdasan tradisional, meskipun terkadang ada yang memiliki beberapa subtest, namun sebenarnya dirancang untuk mendapatkan angka global tunggal ukuran tingkat perkembangan kognitif umum individu. Keluaran angka ini kemudian sering disebut sebagai Intelligence Quotient (IQ). Teori kecerdasan sendiri berdasar pada model psikometri, perkembangan dan pemprosesan informasi (lihat Flanagan & Harrison, 2005 dalam pengetesan dan pemeriksaan psikologi,2008 ) yang dimana 2 jenis teori pertama mewakili pendekatan tradisional dan yang ketiga pendekatan masa kini.
Tujuan Tes
Kecerdasan :
1.
Diagnosis keberadaan dan
sifat kerusakan otak; mengevaluasi kemampuan mental rendah dan tinggi, serta
tugas bagi anak-anak terbelakang mental dan anak – anak berbakat menyangkut
program atau kelas khusus,
2.
Penyeleksian, penempatan
dan klarifikasi siswa di institusi pendidikan menengah, karyawan , personalia
dll,
3.
Ketentuan dan diagnosis
kecacatan berkait dengan kecelakaan pekerjaan untuk tuntutan asuransi,
4.
Konseling dan rehabilitas
kejuruan dan pendidikan,
5.
Psikodiagnosis anak dan
orang dewasa dalam konteks klinis,
6.
Penelitian di bidang
kemampuan kognitif dan kepribadian.
Format pada tes kecerdasaan ini yaitu tes individual (tes
dibuat untuk satu peserta tes pada waktu yang sama) dan tes kelompok (tes
dibuat untuk dilakukan secara serempak untuk banyak orang).
Macam –
macam test intelegensi :
1. IST
IST adalah alat ukur inteligensi yang dipopulerkan oleh
Rudolph Amthauer di Jerman pada tahun 1970. IST terdiri dari sembilan
subtes yang dapat mengukur aspek intelegensi yang berbeda-beda dan dapat
berdiri sendiri. Satzergaenzung (selanjutnya disebut SE), Wortauswahl
(selanjutnya disebut WA), Analogien (selanjutnya disebut AN), Gemeinsamkeiten
(selanjutnya disebut GE), Merkaufgaben (selanjutnya disebut ME), Rechenaufgaben
(selanjutnya disebut RA), Zahlenreinhen (selanjutnya disebut ZR),
Figurenauswahl (selanjutnya disebut FA), Wuerfelaufgabn (selanjutnya disebut
WU).
Fungsi
dan Tujuan:
• Menggambarkan
pola kerja tertentu
• Memahami
diri dan pengembangan pribadi
• Merencanakan
pendidikan dan karir
• Membantu
pengambilan keputusan dalam hidup individu
2.
CFIT
Culture-Fair
Intelligence Test dari Cattel pertama kali dikeluarkan pada tahun 1944 dan
satu-satunya percobaan yang pertama mengembangkan kecerdasan yang diukur bebas
dari pengaruh budaya. Tes tersebut dianggap menjadi ukuran “g” (measure of “g”)
dan mencerminkan teori Cattel yaitu Fluid Intelligence dan Crystallized
Intelligence.
Terdiri
dari tiga skala : Skala I untuk usia 4 sampai 8, skala II untuk usia 8 sampai
12 dan “orang dewasa rata-rata”, dan skala III untuk siswa SMA dan orang dewasa
unggul. Skala I terdiri dari 8 substansi yang melibatkan labirin, menyalin
simbol, mengidentifikasi gambar yang sama, dan tugas non verbal lainnya. Skala
I dan II keduanya terdiri dari 4 subtes : (1) seri subtest dimana urutan gambar
dilengkapi dengan memilih diantara pilihan respon, (2) klasifikasi subtes,
dimana responden memilih satu gambar yang berbeda dari gambar yang lain, (3)
subtes Matriks yang membutuhkan penyelesaian matriks atau pola, dan (4)
ketentuan subtes, yang mengharuskan responden untuk mengidentifikasi beberapa
gambar geometris memenuhi kondisi tertentu. Dua form yang tersedia, form A dan
B, yang dikombinasi dan diberikan sebagai skala tunggal dalam proses
standardisasi.
3. STM
Merupakan
salah satu contoh bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara
individual maupun kelompok.
4. SB
Skala
Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara
lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat
terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam
skala tersebut. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena
level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai
batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
Versi
terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir
ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang
masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
Klasifikasi
IQ
140
keatas : Verry Supperrior
120
– 139 : Superior
110
– 119 : Rata-rata atas
90
– 109 : Normal atau Rata-rata
80
– 89 : Rata-rata bawah (
Low average)
70-79 : Boderline defective
69
kebawah : Cacat mental ( mentally devective)
c.
Administrasi test
1.
Prolognya meliputi: ucapan terima kasih, menjelaskan prosedur pemeriksaan,
penjelasan tentang alat yang akan digunakan, prosedur ijin kebelakang, menanyakan
kesiapan testee, dan etika hasil.
2. Mengecek
alat-alat yang akan digunakan
3. Melaksanakan
tes binet
4. Melakukan
scoring tes binet
5. Membuat
laporan.
5.
WAIS
WAIS
(Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised) mengukur 2 aspek kemampuan
potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek performance. The WAIS merupakan
the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WB) pada tahun 1939. Wechsler
menunjukkan bahwa tes inteligensi seperti Stanford-Binet dirancang untuk
mengukur intelegensi anak-anak dan untuk beberapa kasus yang mencakup orang
dewasa tidak dapat sesuai. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya kurang
sesuai. Untuk mengatasi masalah ini, Wechsler membuat alat tes yang
bernama Wechsler-Bellevue, dimana item-itemnya banyak yang diadopsi dari Tes
Binet-Simon, the Army Alpha, yang biasa digunakan untuk tes militer pada Perang
Dunia I dan dari tes-tes lainnya. Pada tahun 1955, Wechsler-Bellevue diganti
dengan the WAIS,yang direvisi kembali pada tahun 1981 dengan nama WAIS-R, dan
direvisi kembali menjadi the WAIS-3 pada tahun 1997. Item-item pada skala the
WAIS diambil dari variasi tes, seperti pengalaman klinis dan dari proyek-proyek
pilot. Item-item tersebut dipilih dengan dasar validitas empiris walaupun
seleksinya didasari oleh Wechsler’s theory of the nature intelligence.
Revisi the WAIS-R merupakan usaha untuk memodernisasi konten alat tes, seperti,
informasi baru item subtes yang mengacu pada orang kulit hitam yang terkenal
dan kepada wanita,untuk mengurangi ambiguitas, untuk mengurangi
pertanyaan-pertanyaan kontroversial, untuk memfasilitasi administrasi, dan
menilai dengan tepat sesuai dengan perubahan pada Manual.
Skala
Verbal : Information, Digit Span, Vocabulary, Comprehension, Arithmetic (T),
Similarities.
Skala
Performa : Picture Completion, Picture Arrangement (T), Block Design (T),
Object Assembly (T), Digit Symbol (T).
6.
WISC
WISC (Wechsler Intelligence Scale for
Children) mengalami revisi
terakhir pada tahun 1974 bertujuan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6
tahun sampai dengan 15 tahun. WISC atau WISC-R terdiri dari 12 subtes yang
terbagi menjadi dua bagian yaitu Verbal dan Performance. Sub tes dalam skala
verbal adalah information, comprehension, arithmetic, similarities, vocabularydan digit span.
Sedangkan sub tes dalam skala performance adalah picture completion, picture
arrangement, block design, object assembly, coding dan mazes. Sub tes
digit span dan mazes hanya digunakan sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian
tes.
Tes Bakat
Tes
Bakat adalah Kondisi
atau serangkaian karakteristik yang dipersepsikan sebagai indikasi kemampuan
individu dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau serangkaian respon
dengan melalui latihan. Jadi bakat merup hasil interaksi antara hereditas &
pendidikan. Tes Bakat fokus pada mengukur
kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya
yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel
tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnyadimasa
yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan
performance seseorang dikemudian hari. Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman
dan proses belajar individu yang diukur dalam tes.
Dimensi
Bakat
Menurut Guilford, bakat memiliki 3 dimensi, yaitu:
Menurut Guilford, bakat memiliki 3 dimensi, yaitu:
1. Dimensi Perseptual: kemampuan dlm melakukan persepsi/ kepekaan pancaindera yang
berhub dengan kepekaan penglihatan, pendengaran, kinestesi
2. Dimensi Psikomotor: yang meliputi 6 faktor: kekuatan, impuls, kecepatan
gerak/ketepatan, ketelitian (dinamis maupun statis), koordinasi dan
keluwesan/fleksibilitas
3. Dimensi Intelektual: meliputi faktor ingatan & faktor berpikir {kognisi, produksi
(divergen & kovergen), & evaluasi.
Tujuan Mengetahui Bakat
1. Tujuan Diagnosis
Tujuan ini tentunya memberikan informasi mengenai sejauhmana minat dan bakat seseorang pada suatu bidang.
1. Tujuan Diagnosis
Tujuan ini tentunya memberikan informasi mengenai sejauhmana minat dan bakat seseorang pada suatu bidang.
2. Prediksi
Untuk memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang yang menjadi pilihannya untuk berkarir atau lainnya.
Faktor-faktor
yang dapat ditinjau dalam Tes Bakat
1.
Kemampuan Verbal:
|
1.
Kemampuan
memahami & menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan.
|
2.
Kemampuan numerical:
|
2.
Kemampuan
ketepatan & ketelitian memecahkan problem yang berkaitan dengan angka dan
perhitungan
|
3.
Kemampuan spatial
|
3.
Kemampuan
merancang suatu benda secara tepat.
|
4.
Kemampuan perceptual
|
4.
Kemampuan
mengamati & memahami gambar dua dimensi menjadi tiga dimensi
|
5.
Kemampuan reasoning
|
5.
Kemampuan
memecahkan suatu masalah
|
6.
Kemampuan mekanik
|
6.
Kemampuan
memahami konsep-konsep seputar mekanika/mesin.
|
7.
Kemampuan memory
|
7.
Kemampuan
individu dalam menyimpan dan mengingat kembali informasi.
|
8.
Kemampuan klerikal
|
8.
Kemampuan
bekerja dibidang administrasi.
|
9.
Kreativitas:
|
9.
Kemampuan
menghasilkan hal-hal baru dan yang tidak biasa (istimewa).
|
10.
Kecepatan kerja
|
10. Kemampuan bekerja secara cepat
dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
|
11.
Ketelitian kerja
|
11. Kemampuan bekerja secara teliti
dan minor kesalahan dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
|
12.
Ketahanan kerja
|
12. Kemampuan bekerja secara
konsisten (dalam situasi kerja yang monoton atau semakin berat).
|
Macam – Macam Tes Bakat :
1)
Tes Kraeplin
Tes Kraepelin merupakan hasil
dari ciptaan Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun
proses pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar
pemikiran dari faktor – faktor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana,
sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Tujuan dari tes Kraepelin
sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan seperti apa tipe performance
seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi daya
gejala depresi mental. Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk
mengukur seberapa maximum performance dari seseorang.
2) Tes Pauli
Tes Pauli dikembangkan pada
tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof.
Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran yang
ingin membuat psikologi menjadi bidang ilmu pasti, yaitu membuat psikologi
sebagai suatu bidang eksperimen. Di dalam penyusunan atau pembuatan test pauli
ini, Richard Pauli mengambil cara yang dipergunakan oleh Kraeplin, yaitu
menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan penghitungan sederhana di mana
yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Kraeplin adalah seorang
psikiater atau dokter jiwa yang menggunakan metode dengan menyuruh testee
menghitung.
Adapun ciri dari test Pauli antara lain
adalah: penjumlahan yang mengalir, angka yang ditulis hanya satuan, hasil
penjumlahan tidak dijumlahkan dengan angka berikutnya. Tujuan pengukuran tes
Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu, melihat prestasi
dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap prestasi.
Tes Evaluasi Belajar
Teknik tes:
Individu yang dievaluasi
(testee) akan mengalami perlakuan yang sama, dalam hal perintah, bentuk tugas,
dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan evaluasi tugas. Sehingga, individu
yang dites tersebut akan memiliki skor tertentu yang dapat dijadikan sebagai
gambaran atas apa yang telah dievaluasi.
Instrumen Tes :
Teknik tes dibagi menjadi 3
jenis, yaitu tulisan, lisan, dan tindakan.
1. Tes tulisan adalah tes yang
disajikan secara tertulis, baik pertanyaan yang diajukan maupun cara
menjawabnya. Jadi, ada dua perangkat penting dalam teknik tes tulisan, yaitu
lembar soal dan lembar jawab.
2. Tes lisan adalah tes yang
dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan orang yang melakukan tes dan
orang yang dites.
3. Tes tindakan adalah bentuk
tes yang disajikan dalam bentuk tugas tindakan. Dalam teknik ini peserta tes
menyelesaikan tugas sementara tester memberikan instruksi berupa tugas serta
melakukan pengamatan.
Teknik non tes:
Teknik non tes ini bisa
digunakan untuk menilai psikomotorik dan afektif dari peserta didik, bukan
aspek kognitifnya. Berbagai macam teknik non-tes. Pengamatan atau observasi,
skala penilaian dan sikap, interview, studi kasus, angket atau kuesioner
portofolio, dokumentasi, riwayat hidup.
Instrumen Non Tes :
Wawancara: Ada dua jenis wawancara yang biasa dilakukan, yaitu wawancara
berstruktur dan wawancara tidak berrstruktur Pada wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga
peserta didik hanya tinggal mengategorikan jawabannya, diolah dan kemudian
dianalisis untuk disusun kesimpulan. Sementara itu, pada wawancara bebas,
jawaban tidak perlu disiapkan.
Kuesioner (angket): merupakan salah satu bentuk evaluasi yang berupa
pertanyaan-pertanyaan dalam kertas dan responden diminta untuk mengisi jawaban
kolom-kolom yang telah tersedia.
Observasi: Hal yang diingat adalah observasi harus dilaksanakan pada saat
proses kegiatan itu berlangsung. Sebelumnya, pengamat harus menetapkan
aspek-aspek perilaku seperti apa yang akan diobservasi. Kemudian, aspek-aspek
tersebut dirancang sebagai pedoman dalam melakukan observasi
Skala sikap dan penilaian: Skala sikap dipakai untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh
seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu
kategori yang bermakna nilai
Sosiometri: Instrumen sosiometri merupakan teknik evaluasi yang tepat untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri, terutama hubungan
sosialnya dengan teman sekelas.
Tes
Inventory
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil.
Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan
karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude),
dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui
karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan
prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya
tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau
beberapa aspek kepribadian.
Macam – Macam Tes Inventory :
I.
PAPI (The
Personality Preference Inventory)
PAPI merupakan sebuah
alat ukur yang memeriksa gaya kerja yang sangat populer dan digunakan oleh
lebih dari 1000 perusahaan di lebih 50 negara. PAPI dirancang oleh Dr. Max
Martin Kostick di tahun 1960-an. Beliau bekerja di Universitas Boston ,
Amerika. Tes PAPI pertama kali digunakan oleh konsultan manajemen PA consulting
group pada tahun 1966. PA memiliki hak ekskudif untuk memasarkan tester
tersebut ke seluruh dunia pada tahun1979, dan banyak perusahaan yang
menggunakan dengan lisensi dibawah naungan PA. Tes ini merupakan pemeriksaan
yang khusus berkaitan dengan kerja , tes ini berusaha untuk menjelaskan serta
menjawab pertanyaan terkait permasalahan kepribadian inheren. Gaya bekerja
seseorang dan melihat kemampuan seseorang dalam mengatasi dinamika dalam
kelompok, terutama karyawan dalam perusahaan.
II.
NEO-PI-R
(NEO-Personality Inventory Revised)
NEO-PI-R adalah sebuah
alat ukur yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan cara menggunakan
kuisioner yang dirancang untuk mengukur Big Five Traits. Mereka membedakan
masing-masing dari kelima dimensi kepribadian tersebut dengan mengembangkan
enam facet yang sifatnya lebih spesifik. Setiap facet diukur oleh 8 item, maka
NEO-PI-R terdiri dari 240 item (5 faktor x 6 facet x 8 item). Kelebihan dari
alat ukur NEO-PI-R yaitu sifatnya yang cross cultural sehingga memudahkan untuk
mereplikasi jika terdapat budaya-budaya yang berbeda-beda. Tujuan tes ini
adalah untuk mengukur kecenderungan emosi, hubungan interpersonal, keterbukaan
terhadap pengalaman baru, kecenderungan untuk tunduk pada orang lain, dan
kemampuan individu dalam berorganisasi.
III.
DISC
( Dominance, Influence, Steadiness, Complience)
Alat tes DISC adalah sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya
kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam
penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan
pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti umumnya
alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk
kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses
penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah
keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan
rekrutmen yang lebih umum.
1.
Dominant (D)
Orang yang Dominant
tinggi akan bersifat asertif (tegas) dan langsung. Biasanya mereka sangat
independen dan ambisius. Dalam pemecahan masalahnya, tipe dominan ini melakukan
pendekatan yang aktif dan cepat menyelesaikan masalah. Mereka ini orang yang
cukup gagah, mereka sangat menyukai tantangan dan persaingan. Mereka dipandang
orang lain sebagai orang yang berkemauan keras. Oleh karena itu mereka menginginkan
segala sesuatu sesuai dengan kemauan mereka.
2.
Influencing (I)
Tipe
Influencing ini senang berteman. Mereka suka menghibur orang lain dan bersifat
sosial. Dalam penyelesaian masalah atau mengerjakan sesuatu, mereka banyak
mengandalkan keterampilan sosial. Orang yang bersifat interpersonal ini senang
berpartisipasi dalam kelompok dan suka bekerja sama. Keterbukaan sikapnya
membuat orang lain memandang dirinya sebagai pribadi yang gampang bergaul dan
ramah. Biasa nya pribadi seperti ini memiliki banyak teman. Tipe antarpribadi
ini, tipe orang yang emosional karena mereka mudah mengungkapkan emosi kepada
orang lain, emosional disini artinya bukan mudah marah, tetapi mudah
mengungkapkan isi hatinya. Mereka lebih merasa nyaman berurusan dengan emosi
daripada hal lain.
3.
Steadiness (S)
Orang
yang bertipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar.
Mereka mendekati dan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan standar yang
terukur dan stabil. Pada umumnya, mereka tidak begitu suka kejutan. Pribadi
steadiness ini tidak banyak menuntut dan bersifat akomodatif. Mereka sangat
ramah dan memperlihatkan kesetiaannya kepada mereka yang ada disekitarnya.
Mereka sangat menghargai ketulusan. Orang yang bertipe steadiness ini jujur dan
mengatakan apa adanya dan berharap orang lain melakukan hal yang sama. Orang
lain memandang mereka sebagai orang yang tenang, berhati-hati dan konsisten
dalam cara mereka menjalani kehidupan. Memiliki tingkat ketabahan yang luar
biasa. Mereka dapat mempertahankan fokus dan kepentingan mereka dalam jangka
waktu yang lama dibandingankan orang lain yang mampu melakukan.
4.
Conscientiousness (C)
Tipe teliti ini sangat
tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi
(kecepatan). Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka
sangat fokus terhadap fakta, menginginkan adanya bukti. Orang tipe
Conscientiousness ini sangat menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar
peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan sistematis dan aturan-aturan
agar semuanya terkelola dengan baik. Mengatasi konflik secara tidak langsung.
Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan selalu mengalah.
IV.
EPPS (Edward Personality Preference
Schedule)
Tes EPPS (Edward
Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur
tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian
H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Edward
menyiapkan beberapa butir soal sesuai dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya
digunakan orang-orang yang akan memasuki dunia pekerjaan.
EPPS umumnya
dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam
pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam
mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang
terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS
dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya
adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal
(Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang.
Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas
subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang
disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada
15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau
konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan
bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk
diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia
konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati &
Suryaningrum, 2005).
V.
MBTI
Tes MBTI adalah tes yang
bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang dalam lingkungannya.
Tes ini dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan putrinya, Isabel Brigss
Myers. Mereka mengembangkan tes ini sejak perang dunia II (1939-1945). Mereka
percaya bahwa pengetahuan akan kepribadian dapat membantu perempuan yang akan
memasuki dunia kerja di bidang industri. Setelah mengalami pengembangan,
akhirnya tes MBTI ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.
Tes MBTI bertujuan secara
khusus untuk mengklasifikasikan orang-orang menurut tipe-tipe kepribadian yang
spesifik yang kini menjadi rujukan bagi berbagai organisasi dalam melakukan tes
bagi pesertanya. Kuesioner ini didasarkan pada empat skala, yang menghasilkan
enam belas kemungkinan kombinasi atau tipe-tipe kepribadian yang luas. MBTI
bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan. Masing-masing
memiliki sisi positif dan sisi negatif. Berikut empat skala kecenderungan MBTI,
yaitu :
1. Ekstrovert (E) vs
Introvert (I)
Dimensi IE untuk melihat
orientasi energy, apakah ke dalam atau keluar. Ekstrovert artinya pribadi yang
menyukai dunia luar. Tipe kepribadian ini senang bergaul, menyenangi interaksi
sosial, menyukai aktivitas dengan orang lain, dan berfokus pada dunia luar.
Sebaliknya, tipe introvert adalah pribadi yang menyukai dunia dalam (diri
sendiri). Tipe ini suka menyendiri, merenung, membaca, menulis, dan tidak
terlalu menyukai pergaulan dengan banyak orang. Individu dengan tipe
kepribadian ini mampu bekerja sendiri, berkonsentrasi dan fokus. Tipe
kepribadian ini bagus dalam pekerjaan pengolahan data dan back office.
2. Sensing (S) vs
Intuition (I)
Dimensi SI melihat
bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar
pada fakta yang konkret, praktis, realistis dan melihat data apa adanya.
Sensing menggunakan pedoman pengalaman dan data konkret serta memilih cara-cara
yang sudah terbukti. Individu tipe kepribadian ini fokus pada masa kini atau
hal-hal apa saja yang bisa diperbaiki pada masa sekarang. Individu sensing
bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Tipe intuition memproses
data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual, serta
melihat bagaimana kemungkinan yang bisa terjadi. Tipe intuition berpedoman pada
imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan atau apa yang akan
dicapai pada masa mendatang. Tipe ini sangat inovatif, penuh insprasi dan ide
unik, bagus untuk penyusunan konsep, ide dan visi jangka panjang.
3. Thinking (T) vs
Feeling (F)
Dimensi ketiga melihat
bagaimana seseorang dapat mengambil keputusan. Thinking adalah selalu
menggunakan logika dan melakukan analisa dalam mengambil keputusan, cenderung
berpusat pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala, menerapkan
prinisip dengan konsisten dan bagus untuk melakukan analisa serta menjaga
prosedur atau standar. Sementara feeling adalah tipe kepribadian yang
melibatkan perasaan, empati, serta nilai-nilai yang diyakini pada saat
pengambilan keputusan. Tipe ini berorientasi pada hubungan dan subjektif.
Bersifat akomodatif tetapi lebih terkesan memihak, empatik dan menginginkan
harmoni dan bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
4. Judging (J) vs
Perceiving (P)
Dimensi terakhir melihat
bagaimana derajat fleksibilitas seseorang. Judging pada hal ini bukanlah
judging untuk menghakimi, namun pada hal ini bertumpu pada rencana yang
sistematis, senantiasa berpikir dan bertindak teratur. Tipe judging tidak suka
akan hal-hal mendadak atau diluar perencanaan. Individu tipe ini bagus dalam
penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Tipe perceiving
adalah mereka yang bersifat spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk
melihat berbagai peluang yang muncul. Perubahan mendadak bukanlah suatu masalah
bagi tipe ini. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
TES GRAFIS
Tes psikologi
pertama-tama umumnya untuk mengukur intelegensi dan prestasi sekolah, hanya
beberapa yang ditujukan untuk tes kepribadian. Di Amerika Serikat, pertengahan
1930an dimulai lebih bebas dalam interpretasi tes yang mengukur kemampuan
mental dengan metode kualitatif. Tes menggambar, awal tujuan untuk mengukur
intelegensi secara kaku. Tes grafis adalah bagian
dari tes proyektif di ilmu psikologi. Tes grafis disebut juga
sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan
dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang
diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama.
Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja kertas dan sebatang pensil.
Macam – Macam Tes
Grafis :
a. House Tree Person (HTP)
Pada prinsipnya
dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/
kematangan intelektual Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat
memberikan informasi yang relevan mengenai kepribadian individu. Buck meyakini
juga bahwa goresan gambar seseorang (dalam hal ini gambar rumah, pohon dan
orang) dapat mewakili karakter pribadinya. HTP merupakan salah satu tes grafis
yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain.Tes HTP (House tree Person)
umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang
dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk
mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau
prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan, juga dapat
mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum ataupun
spesifik. Menurut John Duck, HTP digunakan untuk mendapatkan data tentang
kemajuan individu yang dikenai suatu treatment. Baik HTP ataupun tes grafis
lainnya dapat disertai dengan warna dan interpretasinya mencakup juga sesuai
atau tidak sesuainya penggunaan warna terhadap objek. Yang paling penting di
interpretasi adalah orientasi individu (terhadap ruang dan daya abstraksi).
b. Draw Analisys Person (DAP)
Tes DAP (Draw A Person)
atau juga sering disebut DAM (Draw A Man) merupakan salah satu bentuk alat tes
Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses assessment psikologi. Tes DAP
atau DAM termasuk tes individual. Pada tahun 1926, Goodenough mengembangkan
Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi kemampuan kognitif anak yang
direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya: akurasi dan detail
gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual anak. DAM
test ini digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.DAP atau Draw a Person adalah
salah satu jenis psikotes menggambar. Tes ini mudah diinterpretasikan dan
banyak digunakan di berbagai negara karena tidak ada hambatan bahasa, hambatan
budaya dan komunikasi antara penguji dan peserta tes. Biasannya, DAP digunakan
dalam berbagai tujuan sehingga bersifat universal.
Di
Indonesia, tes ini banyak digunakan untuk perekrutan pegawai swasta, pegawai
pemerintah, dan lembaga lainnya. Dalam pengerjaan tes ini, bisa dilakukan
secara kelompok atau individual. Tes kelompok biasanya digunakan dalam
perekrerutan pegawai yang berjumlah banyak (misalnya perekrutan pegawai PNS),
sementara, tes individual digunakan untuk perekrutan pegawai dengan kualifikasi
tertentu dan kuantitas sangat terbatas.
Anda sebagai peserta tes akan diminta oleh pengawas untuk menggambar tiga
orang pada tiga lembar terpisah yaitu gambar laki-laki, gambar perempuan dan
gambar Anda sendiri. Tapi, jika Anda dites dalam sebuah kelompok, Anda hanya
akan diminta untuk menggambar satu orang. Usahakan sesuai dengan jenis kelamin
Anda sendiri. Identitas diri ditulis pada bagian belakang kertas supaya bidang
gambar tetap bersih. Tapi tergantung pada permintaan pengawas. Intinya dengarkan
setiap petunjuk dari pengawas.
Dalam
tes kelompok peserta hanya diminta menggambar satu orang saja untuk menghemat
waktu. Waktu yang diberikan pengawas biasanya berkisar antara 10 sampai 15
menit.
Tujuan
dari tes DAP ini yaitu sebagai alat pembantu untuk memahami stuktur kepribadian
dan hal-hal bersifat fisik, tidak dapat memprediksi apa yang mungkin akan
terjadi secara tepat apabila semua data yang terlibat dengan subyek tidak
diprediksi dan di kontrol.
c. BAUM Test
Tes Psikologi “Baum
Test” atau yang lebih dikenal dengan “Tree Test” adalah tes psikologi yang
diciptakan oleh Emil Jucker yang kemudian dikembangkan dan dipublikasikan
pertama kali oleh Karl Koch pada tahun 1959. Alasan pemilihan pohon oleh Jucker
sebagai objek gambar adalah pohon selalu tumbuh dan berkembang, serta hasil
penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting bagi manusia
dan pohon dianggap mewakili manusia. Instruksi yang WAJIB diikuti dan tidak
boleh dilanggar adalah menggambar pohon berkayu, dan tidak boleh menggambar
pohon seperti perdu, pinus/cemara, palma/kelapa, bambu, beringin, randu,
pisang, dan rumput-rumputan. Setelah menggambar pohon, peserta diminta menulis
nama atau jenis pohon yang digambar.
Fungsi
dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang dengan
cara menganalisa gambar pohon yang dibuat oleh peserta tes. Hal ini dapat
diketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar,
dan dari aspek-aspek lainnya.
d.
WZT Test
Tes Warteg agak berbeda
dengan Tes Gambar Orang dan tes Pohon karena bersifat lebih obyektif, dalam
arti dapat dikauntifikasi, namun juga dapat dilakukan interpretasi kualitatif.
Tes Wartegg berbentuk setengah halaman kertas folio, dicetak, ada 8 kotak
dengan masing-masing satu tanda yang berlainan, kotak-kotak dilingkari garis
hitam tebal.
Dalam melakukan
interpretasi ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu: 1. Stimulus Drawing
Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar yang dibuat.
Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas dari gambar? SDR
merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan afektivitas. 2. Vontent
atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi
apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi asosiasi
bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari
kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan
sumber data proyektif tes. 3. Execution (pelaksanaan) Bagaimana gambar dibuat?
Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes Warteg mencoba untuk
mencari tahu pola reaksi yang permanen dari kepribadian si penggambar. Dari
penilaian kuantitatif dapat dibuat suatu profil kepribadian dalam istilah
fungsi-fungsi yaitu emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function yang
ada pada tiap manusia. Demikianlah sekilas uraian tentang beberapa tes grafis,
semoga dapat mendorong mahasiswa psikologi untuk mempelajarinya secara lebih
mendalam.
e. GRAFOLOGI
Test
Grafologi berasal dari kata graphos yang berarti coretan atau tulisan
dan logos yang berarti ilmu. Jadi grafologi adalah ilmu yang mampu
menginterpretasikan karakter seseorang melalui tulisannya. Grafologi ini sudah
ada sejak zaman kuno. Tujuan
dari tes ini yaitu untuk mengetahui untuk mengungkapkan karakter dan
kepribadian seseorang melalui tulisannya. Dengan grafologi kita dapat
mengetahui motivasi diri, kestabilan emosi, keadaan mental, minat dan bakat,
kecenderungan intelektual bahkan kekuatan dan kelemahan diri.
Konsep :
Ruang : Tempat seseorang dalam mencoretkan tulisannya. Agar mudah di mengerti,ruang adalah jika kita menulis di
kertas A4 yang kosong, maka tempat kosong yang kita tulis ini adalah ruangnya
Gerak : Arah tulisan (kekakanan / kekiri, keatas / menurun)
Bentuk : Bentuk-bentuk dari tulisan tiap huruf ataupun kata (bentuk,
huruf a,i, dsb)
f.
DRAGON
Test
Tes yang dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini
dieruntukkan untuk anak-anak.
Objek :
Matahari : ayah
Rumah : ibu
Pohon : anak
Naga : kemarahan, oposisi, energi libido, kekuatan, kehendak, dinamika
anak
Kolam : emosi, perasaan,
sensitivitas
TES
PROYEKSI
Tes
proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama
aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau
tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai
alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh apapun. Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi
bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes
proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat
bantu tes-tes proyeksi. Sebagai sebuah tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan
dan kekurangan jika dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain.
A. Tes
Rorschach
Tes rorschach merupakan
salah satu tes proyektif yang paling populer dikembangkan oleh psikiatris yang
berkembangsaan Swiss bernama Herman Rorschach (1921-1942). Pertama kali tes ini
deskiprisikan pada tahun 1921 dengan melakukan percobaan pada pasien yang
berjumlah 1991, hasil yang memuaskan dari 40 tes ink blot, hanya 15 bercak
tinta.
Tes rorschach adalah tes
yang pertama menerapkan noda tinta pada penyeledikan diagnostik atas
kepribadian secara keseluruhan. Tes rosa ada 10 kartu. Masing-masing kartu
memuat cetakan noda tinta simetris bilateral. Lima noda tinta diletakkan pada
bayangan abu-abu dan hitam saja, dua memadukan beberapa bayangan pastel.
Aspek
yang dinilai dalam tes rorschach adalah:
1. Kognitif;
taraf intelektual, pendekat, keluasan minat
2. Afektif;
emosional, tanggungjawab, reaksi terhadap stress
3. Fungsi
ego; kekuatan ego, area konflik, defense
B.
Thematic Apperception Test (TAT)
TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis. Thematic Apperception Test atau yang disingkat menjadi (TAT) adalah sebuah alat bantu untuk mengukur aspek kepribadian individu. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk menghitung, bahkan mampu menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan kognitif seseorang secara umum. Metode dengan menggunakan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing – masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong. TAT didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh motivasi internal dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas) seseorang. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.
Psikodiagnostik : Usaha
untuk mengukur karakteristik individu melalui pengamatan terhadap gambaran
eksternal, misalnya fisiognomi, kraniologi,grafologi studi tentang suara, cara
berjalan, bergerak, dsb.
Psychodiagnostic
is the attempt to assess characteristics through of the observation of external
fatures, as physiognomy, craniology, graphology, study of voice, gait, etc. (James
Drever,1971)
Psikodiagnostika
adalah studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah
laku, cara berjalan, langkah, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, suara dan
seterusnya (Kamus Psikologi C.P. Chaplin).
Sejarah Psikodiagnostik
Istilah
Psikodiagnostik pertama kali diperkenalkan oleh Herman Rorschach yang
dimana menampilkan tesnya sebagai metode Psychodiagnostic (1921)
-> Tes Rorschach (10 buah kartu yang bergambar percikan tinta hitam dan
tinta warna). Metode ini untuk menilai adanya kelainan – kelainan psikis pada
seorang pasien mental.
Peneliti
sebelumnya yang melakukan penelitian tentang bercak tinta :
· Alfred
Binet tahun 1895
· Dearborn
pada tahun 1896
· Whipple
melakukan standarisasi 1 tahun 1910
· Herman
Rorschach melakukan publikasi Tes Ro pada tahun 1921
Sejarah Tes Psikologi
|
|
2200 SM
|
Pemerintahan
kerajaan Cina mulai mengadakan tes seleksi penerimaan pegawai baru
|
Yunani Kuno
|
Kerajaan Yunani
Kuno mulai mengadakan tes untuk evaluasi proses pendidikan
|
Abad Pertengahan
|
Universitas di
Eropa mulai menggunakan test untuk pendidikan formal
|
1837
|
Seguin
mempelopori pemberian pelatihan bagi penderita retardasi mental dan
memberikan perhatian pada aspek diskriminasi sensoris dan pengembangan
kendali motorik pada anak. Dasar ini kemudian menjadi dasar dari tes
inteligensi non verbal
|
1838
|
Esquirol
mempublikasikan Mental Retardation (MR) berdasarkan macam dan
tingkat gangguannya
|
1884
|
Francis Galton
mengadministrasikan test battery pertama untuk ribuan orang di International
Health Exhibit
|
1890
|
James McKeen
Cattel menggunakan istilah tes mental di dalam menggunakan alat tes battery
yang diciptakan Galton
|
1897
|
Ebbinghaus
mengembangkan tes aritmatic, memory span, dan sentence completion
|
1901
|
Clark Wissler
menemukan fakta bahwa Brass Instrument tidak memiliki korelasi dengan
pencapaian nilai akademik seseorang
|
1905
|
Binet dan Simon
menemukan tes kecerdasan modern pertama
|
1913
|
Robert Yerkes
menciptakan Army Alpha dan Army Beta untuk merekrut sukarelawan perang dunia
pertama
|
1916
|
Lewis Terman
merevisi alat tes Binet dan Simon maka lahirlah Stanford dan Binet
|
1917
|
Robert Woodworth
menciptakan Personal Data Sheet, alat tes kepribadian yang pertama
|
1920
|
Rorschach
Inkblot ditemukan oleh Herman Rorschach
|
1921
|
Psychological
Corporation, peneliti utama dari alat-alat tes psikologi didirikan oleh
Cattell, Thorndike dan Woodworth
|
1925
|
Berkembangnya
SAT (Scholastic Aptitude Test) oleh Bingham dan teman-temannya dan
dikembangkan kembali oleh Spearman, Thurstone, Kelly
|
1927
|
Edisi Pertama Strong
Vocational Interest Blank diterbitkan
|
1939
|
Weschler
Bellevue Intelegence Scale diterbitkan
|
1942
|
Minnesota
Multiphasic Personality Inventory diterbitkan
|
1949
|
Weschler
Intelegence Scale untuk anak-anak diterbitkan
|
Prinsip-prinsip Dalam Pelaksanaan Psikodiagnostik :
1. Memberikan
perlakuan yang sama pada semua individu yang hendak dites,
2. Ada
kesadaran individu untuk menjalani psikodiagnostik, sebab jika tidak ada
kesadaran, tentulah hasilnya tidak sesuai dengan tujuannya.
3. Tersedia
sarana dan prasarana untuk pemeriksaan psikologis, misalnya ada macam-macam tes
yang diperlukan; ruang pemeriksaan memadai, waktunya cocok dan cukup.
Proses dalam
Psikodiagnostik :
1. Proses informal melalui pandangan
seseorang menilai individu dalam kesehariannya dan biasanya terjadi
kesalahpahaman (kesan). Kesalahan yang umumnya terjadi dalam proses informal :
1) Kesalahan
dari penilai
2) Kesalahan
dari yang dinilai
2. Proses formal melalui kegiatan yang
sistematis dan terarah sehingga diperoleh data yang objektif dan akurat. pendekatan
dalam proses formal:
1) Pendekatan
klinis
2) Pendekatan
objektif
Metode dan teknik Psikodiagnostika :
Ada beberapa
metode dalam psikodiagnostika, yaitu :
1. Observasi
Observasi
adalah salah satu metode dalam psikodiagnostika, yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap subjek yang
diteliti
2. Wawancara
Wawancara
atau interview merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, yang
berlangsung antara interviewee dan interviewer. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi dimana interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh interviewee.
3. Tes
Psikologi
Tes
Psikologi : is a systematic procedure for obtaining samples of behavior, relevant
to cognitive, affective,or interpersonal functioning, and for scoring and evaluating
those samples according to standards. (dalam Essentials of Psychological
Testing, 2014). Tes
dapat membantu memperoleh gambaran diri subjek. Kelebihan dari tes adalah
bentuknya yang sudah standar, sehingga mengurangi bias yang mungkin muncul
selama proses pemeriksaan berlangsung. Respon yang diberikan diubah dalam
bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi
sesuai dengan norma yang ada.
Tujuan Tes Psikologi :
1.
Menyaring
para pelamar kerja, program pelatihan, dan pendidikan,
2.
Mengelompokkan
dan menempatkan orang – orang ke dalam konteks pendidikan dan pekerjaan,
3.
Memberikan
konseling dan bimbingan individu untuk tujuan konseling pendidikan,kejuruan (vocational),
dan personal,
4.
Mempertahankan
atau membubarkan, mempromosikan dan memutar mahasiswa atau karyawan pada
program pendidikan atau peatihan serta situasi kerja,
5.
Mendiagnosis
dan menentukan perawatan psikologi dan fisik di klinis dan rumah sakit,
6.
Mengevaluasi
perubahan kognitif, intrapersonal (dalam diri) dan interpersonal (antar orang)
dalam kaitannya dengan program pendidikan, psikoterapetik, dan program
intervensi perilaku lainnya,
7.
Menyelenggarakan
penelitian mengenai perubahan perilaku sepanjang waktu san mengevaluasi
efektivitas program, atau teknik baru.
Kegunaan Psikodiagnostik :
1.
Clinical setting (RS atau pusat kesehatan mental)
2.
Legal setting (peradilan, LP atau tempat rehabilitasi)
3.
Educational and vocational selection (pemilihan jurusan di SMA/K, Perguruan
tinggi)
4.
Research setting (pengembangan penelitian)
Tes sebagai
alat pembanding atau pengukur supaya dapat berfungsi secara baik haruslah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai
berikut:
1. Valid
2. Reliabel
3. Distandardisasikan
4. Objektif
5. Diksriminatif
6. Komprehensif
7. Mudah
digunakan
4. Analisa
Dokumen & Riwayat Hidup
Dokumen
yang dapat dianalisa dapat berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan
medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan,
dsb. Data dalam bentuk dokumen ini memiliki kelebihan, yaitu data dapat lebih
terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional.
Tes Kecerdasan / Inteligensi (Intelligence)
Kecerdasan merupakan kemampuan berfokus dan mempertahankan kemampuan seseornag untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tes ini disusun dan dikembangkan untuk mengetahui kemampuan dasar individu secara umum. Tes kecerdasan tradisional, meskipun terkadang ada yang memiliki beberapa subtest, namun sebenarnya dirancang untuk mendapatkan angka global tunggal ukuran tingkat perkembangan kognitif umum individu. Keluaran angka ini kemudian sering disebut sebagai Intelligence Quotient (IQ). Teori kecerdasan sendiri berdasar pada model psikometri, perkembangan dan pemprosesan informasi (lihat Flanagan & Harrison, 2005 dalam pengetesan dan pemeriksaan psikologi,2008 ) yang dimana 2 jenis teori pertama mewakili pendekatan tradisional dan yang ketiga pendekatan masa kini.
Tujuan Tes
Kecerdasan :
1.
Diagnosis keberadaan dan
sifat kerusakan otak; mengevaluasi kemampuan mental rendah dan tinggi, serta
tugas bagi anak-anak terbelakang mental dan anak – anak berbakat menyangkut
program atau kelas khusus,
2.
Penyeleksian, penempatan
dan klarifikasi siswa di institusi pendidikan menengah, karyawan , personalia
dll,
3.
Ketentuan dan diagnosis
kecacatan berkait dengan kecelakaan pekerjaan untuk tuntutan asuransi,
4.
Konseling dan rehabilitas
kejuruan dan pendidikan,
5.
Psikodiagnosis anak dan
orang dewasa dalam konteks klinis,
6.
Penelitian di bidang
kemampuan kognitif dan kepribadian.
Format pada tes kecerdasaan ini yaitu tes individual (tes
dibuat untuk satu peserta tes pada waktu yang sama) dan tes kelompok (tes
dibuat untuk dilakukan secara serempak untuk banyak orang).
Macam –
macam test intelegensi :
1. IST
IST adalah alat ukur inteligensi yang dipopulerkan oleh
Rudolph Amthauer di Jerman pada tahun 1970. IST terdiri dari sembilan
subtes yang dapat mengukur aspek intelegensi yang berbeda-beda dan dapat
berdiri sendiri. Satzergaenzung (selanjutnya disebut SE), Wortauswahl
(selanjutnya disebut WA), Analogien (selanjutnya disebut AN), Gemeinsamkeiten
(selanjutnya disebut GE), Merkaufgaben (selanjutnya disebut ME), Rechenaufgaben
(selanjutnya disebut RA), Zahlenreinhen (selanjutnya disebut ZR),
Figurenauswahl (selanjutnya disebut FA), Wuerfelaufgabn (selanjutnya disebut
WU).
Fungsi
dan Tujuan:
• Menggambarkan
pola kerja tertentu
• Memahami
diri dan pengembangan pribadi
• Merencanakan
pendidikan dan karir
• Membantu
pengambilan keputusan dalam hidup individu
2.
CFIT
Culture-Fair
Intelligence Test dari Cattel pertama kali dikeluarkan pada tahun 1944 dan
satu-satunya percobaan yang pertama mengembangkan kecerdasan yang diukur bebas
dari pengaruh budaya. Tes tersebut dianggap menjadi ukuran “g” (measure of “g”)
dan mencerminkan teori Cattel yaitu Fluid Intelligence dan Crystallized
Intelligence.
Terdiri
dari tiga skala : Skala I untuk usia 4 sampai 8, skala II untuk usia 8 sampai
12 dan “orang dewasa rata-rata”, dan skala III untuk siswa SMA dan orang dewasa
unggul. Skala I terdiri dari 8 substansi yang melibatkan labirin, menyalin
simbol, mengidentifikasi gambar yang sama, dan tugas non verbal lainnya. Skala
I dan II keduanya terdiri dari 4 subtes : (1) seri subtest dimana urutan gambar
dilengkapi dengan memilih diantara pilihan respon, (2) klasifikasi subtes,
dimana responden memilih satu gambar yang berbeda dari gambar yang lain, (3)
subtes Matriks yang membutuhkan penyelesaian matriks atau pola, dan (4)
ketentuan subtes, yang mengharuskan responden untuk mengidentifikasi beberapa
gambar geometris memenuhi kondisi tertentu. Dua form yang tersedia, form A dan
B, yang dikombinasi dan diberikan sebagai skala tunggal dalam proses
standardisasi.
3. STM
Merupakan
salah satu contoh bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara
individual maupun kelompok.
4. SB
Skala
Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara
lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat
terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam
skala tersebut. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena
level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai
batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
Versi
terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir
ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang
masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
Klasifikasi
IQ
140
keatas : Verry Supperrior
120
– 139 : Superior
110
– 119 : Rata-rata atas
90
– 109 : Normal atau Rata-rata
80
– 89 : Rata-rata bawah (
Low average)
70-79 : Boderline defective
69
kebawah : Cacat mental ( mentally devective)
c.
Administrasi test
1.
Prolognya meliputi: ucapan terima kasih, menjelaskan prosedur pemeriksaan,
penjelasan tentang alat yang akan digunakan, prosedur ijin kebelakang, menanyakan
kesiapan testee, dan etika hasil.
2. Mengecek
alat-alat yang akan digunakan
3. Melaksanakan
tes binet
4. Melakukan
scoring tes binet
5. Membuat
laporan.
5.
WAIS
WAIS
(Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised) mengukur 2 aspek kemampuan
potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek performance. The WAIS merupakan
the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WB) pada tahun 1939. Wechsler
menunjukkan bahwa tes inteligensi seperti Stanford-Binet dirancang untuk
mengukur intelegensi anak-anak dan untuk beberapa kasus yang mencakup orang
dewasa tidak dapat sesuai. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya kurang
sesuai. Untuk mengatasi masalah ini, Wechsler membuat alat tes yang
bernama Wechsler-Bellevue, dimana item-itemnya banyak yang diadopsi dari Tes
Binet-Simon, the Army Alpha, yang biasa digunakan untuk tes militer pada Perang
Dunia I dan dari tes-tes lainnya. Pada tahun 1955, Wechsler-Bellevue diganti
dengan the WAIS,yang direvisi kembali pada tahun 1981 dengan nama WAIS-R, dan
direvisi kembali menjadi the WAIS-3 pada tahun 1997. Item-item pada skala the
WAIS diambil dari variasi tes, seperti pengalaman klinis dan dari proyek-proyek
pilot. Item-item tersebut dipilih dengan dasar validitas empiris walaupun
seleksinya didasari oleh Wechsler’s theory of the nature intelligence.
Revisi the WAIS-R merupakan usaha untuk memodernisasi konten alat tes, seperti,
informasi baru item subtes yang mengacu pada orang kulit hitam yang terkenal
dan kepada wanita,untuk mengurangi ambiguitas, untuk mengurangi
pertanyaan-pertanyaan kontroversial, untuk memfasilitasi administrasi, dan
menilai dengan tepat sesuai dengan perubahan pada Manual.
Skala
Verbal : Information, Digit Span, Vocabulary, Comprehension, Arithmetic (T),
Similarities.
Skala
Performa : Picture Completion, Picture Arrangement (T), Block Design (T),
Object Assembly (T), Digit Symbol (T).
6.
WISC
WISC (Wechsler Intelligence Scale for
Children) mengalami revisi
terakhir pada tahun 1974 bertujuan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6
tahun sampai dengan 15 tahun. WISC atau WISC-R terdiri dari 12 subtes yang
terbagi menjadi dua bagian yaitu Verbal dan Performance. Sub tes dalam skala
verbal adalah information, comprehension, arithmetic, similarities, vocabularydan digit span.
Sedangkan sub tes dalam skala performance adalah picture completion, picture
arrangement, block design, object assembly, coding dan mazes. Sub tes
digit span dan mazes hanya digunakan sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian
tes.
Tes Bakat
Tes
Bakat adalah Kondisi
atau serangkaian karakteristik yang dipersepsikan sebagai indikasi kemampuan
individu dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau serangkaian respon
dengan melalui latihan. Jadi bakat merup hasil interaksi antara hereditas &
pendidikan. Tes Bakat fokus pada mengukur
kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya
yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel
tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnyadimasa
yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan
performance seseorang dikemudian hari. Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman
dan proses belajar individu yang diukur dalam tes.
Dimensi
Bakat
Menurut Guilford, bakat memiliki 3 dimensi, yaitu:
Menurut Guilford, bakat memiliki 3 dimensi, yaitu:
1. Dimensi Perseptual: kemampuan dlm melakukan persepsi/ kepekaan pancaindera yang
berhub dengan kepekaan penglihatan, pendengaran, kinestesi
2. Dimensi Psikomotor: yang meliputi 6 faktor: kekuatan, impuls, kecepatan
gerak/ketepatan, ketelitian (dinamis maupun statis), koordinasi dan
keluwesan/fleksibilitas
3. Dimensi Intelektual: meliputi faktor ingatan & faktor berpikir {kognisi, produksi
(divergen & kovergen), & evaluasi.
Tujuan Mengetahui Bakat
1. Tujuan Diagnosis
Tujuan ini tentunya memberikan informasi mengenai sejauhmana minat dan bakat seseorang pada suatu bidang.
1. Tujuan Diagnosis
Tujuan ini tentunya memberikan informasi mengenai sejauhmana minat dan bakat seseorang pada suatu bidang.
2. Prediksi
Untuk memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang yang menjadi pilihannya untuk berkarir atau lainnya.
Faktor-faktor
yang dapat ditinjau dalam Tes Bakat
1.
Kemampuan Verbal:
|
1.
Kemampuan
memahami & menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan.
|
2.
Kemampuan numerical:
|
2.
Kemampuan
ketepatan & ketelitian memecahkan problem yang berkaitan dengan angka dan
perhitungan
|
3.
Kemampuan spatial
|
3.
Kemampuan
merancang suatu benda secara tepat.
|
4.
Kemampuan perceptual
|
4.
Kemampuan
mengamati & memahami gambar dua dimensi menjadi tiga dimensi
|
5.
Kemampuan reasoning
|
5.
Kemampuan
memecahkan suatu masalah
|
6.
Kemampuan mekanik
|
6.
Kemampuan
memahami konsep-konsep seputar mekanika/mesin.
|
7.
Kemampuan memory
|
7.
Kemampuan
individu dalam menyimpan dan mengingat kembali informasi.
|
8.
Kemampuan klerikal
|
8.
Kemampuan
bekerja dibidang administrasi.
|
9.
Kreativitas:
|
9.
Kemampuan
menghasilkan hal-hal baru dan yang tidak biasa (istimewa).
|
10.
Kecepatan kerja
|
10. Kemampuan bekerja secara cepat
dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
|
11.
Ketelitian kerja
|
11. Kemampuan bekerja secara teliti
dan minor kesalahan dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
|
12.
Ketahanan kerja
|
12. Kemampuan bekerja secara
konsisten (dalam situasi kerja yang monoton atau semakin berat).
|
Macam – Macam Tes Bakat :
1)
Tes Kraeplin
Tes Kraepelin merupakan hasil
dari ciptaan Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun
proses pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar
pemikiran dari faktor – faktor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana,
sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Tujuan dari tes Kraepelin
sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan seperti apa tipe performance
seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi daya
gejala depresi mental. Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk
mengukur seberapa maximum performance dari seseorang.
2) Tes Pauli
Tes Pauli dikembangkan pada
tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof.
Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran yang
ingin membuat psikologi menjadi bidang ilmu pasti, yaitu membuat psikologi
sebagai suatu bidang eksperimen. Di dalam penyusunan atau pembuatan test pauli
ini, Richard Pauli mengambil cara yang dipergunakan oleh Kraeplin, yaitu
menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan penghitungan sederhana di mana
yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Kraeplin adalah seorang
psikiater atau dokter jiwa yang menggunakan metode dengan menyuruh testee
menghitung.
Adapun ciri dari test Pauli antara lain
adalah: penjumlahan yang mengalir, angka yang ditulis hanya satuan, hasil
penjumlahan tidak dijumlahkan dengan angka berikutnya. Tujuan pengukuran tes
Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu, melihat prestasi
dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap prestasi.
Tes Evaluasi Belajar
Teknik tes:
Individu yang dievaluasi
(testee) akan mengalami perlakuan yang sama, dalam hal perintah, bentuk tugas,
dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan evaluasi tugas. Sehingga, individu
yang dites tersebut akan memiliki skor tertentu yang dapat dijadikan sebagai
gambaran atas apa yang telah dievaluasi.
Instrumen Tes :
Teknik tes dibagi menjadi 3
jenis, yaitu tulisan, lisan, dan tindakan.
1. Tes tulisan adalah tes yang
disajikan secara tertulis, baik pertanyaan yang diajukan maupun cara
menjawabnya. Jadi, ada dua perangkat penting dalam teknik tes tulisan, yaitu
lembar soal dan lembar jawab.
2. Tes lisan adalah tes yang
dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan orang yang melakukan tes dan
orang yang dites.
3. Tes tindakan adalah bentuk
tes yang disajikan dalam bentuk tugas tindakan. Dalam teknik ini peserta tes
menyelesaikan tugas sementara tester memberikan instruksi berupa tugas serta
melakukan pengamatan.
Teknik non tes:
Teknik non tes ini bisa
digunakan untuk menilai psikomotorik dan afektif dari peserta didik, bukan
aspek kognitifnya. Berbagai macam teknik non-tes. Pengamatan atau observasi,
skala penilaian dan sikap, interview, studi kasus, angket atau kuesioner
portofolio, dokumentasi, riwayat hidup.
Instrumen Non Tes :
Wawancara: Ada dua jenis wawancara yang biasa dilakukan, yaitu wawancara
berstruktur dan wawancara tidak berrstruktur Pada wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga
peserta didik hanya tinggal mengategorikan jawabannya, diolah dan kemudian
dianalisis untuk disusun kesimpulan. Sementara itu, pada wawancara bebas,
jawaban tidak perlu disiapkan.
Kuesioner (angket): merupakan salah satu bentuk evaluasi yang berupa
pertanyaan-pertanyaan dalam kertas dan responden diminta untuk mengisi jawaban
kolom-kolom yang telah tersedia.
Observasi: Hal yang diingat adalah observasi harus dilaksanakan pada saat
proses kegiatan itu berlangsung. Sebelumnya, pengamat harus menetapkan
aspek-aspek perilaku seperti apa yang akan diobservasi. Kemudian, aspek-aspek
tersebut dirancang sebagai pedoman dalam melakukan observasi
Skala sikap dan penilaian: Skala sikap dipakai untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh
seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu
kategori yang bermakna nilai
Sosiometri: Instrumen sosiometri merupakan teknik evaluasi yang tepat untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri, terutama hubungan
sosialnya dengan teman sekelas.
Tes
Inventory
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil.
Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan
karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude),
dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui
karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan
prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya
tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau
beberapa aspek kepribadian.
Macam – Macam Tes Inventory :
I.
PAPI (The
Personality Preference Inventory)
PAPI merupakan sebuah
alat ukur yang memeriksa gaya kerja yang sangat populer dan digunakan oleh
lebih dari 1000 perusahaan di lebih 50 negara. PAPI dirancang oleh Dr. Max
Martin Kostick di tahun 1960-an. Beliau bekerja di Universitas Boston ,
Amerika. Tes PAPI pertama kali digunakan oleh konsultan manajemen PA consulting
group pada tahun 1966. PA memiliki hak ekskudif untuk memasarkan tester
tersebut ke seluruh dunia pada tahun1979, dan banyak perusahaan yang
menggunakan dengan lisensi dibawah naungan PA. Tes ini merupakan pemeriksaan
yang khusus berkaitan dengan kerja , tes ini berusaha untuk menjelaskan serta
menjawab pertanyaan terkait permasalahan kepribadian inheren. Gaya bekerja
seseorang dan melihat kemampuan seseorang dalam mengatasi dinamika dalam
kelompok, terutama karyawan dalam perusahaan.
II.
NEO-PI-R
(NEO-Personality Inventory Revised)
NEO-PI-R adalah sebuah
alat ukur yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan cara menggunakan
kuisioner yang dirancang untuk mengukur Big Five Traits. Mereka membedakan
masing-masing dari kelima dimensi kepribadian tersebut dengan mengembangkan
enam facet yang sifatnya lebih spesifik. Setiap facet diukur oleh 8 item, maka
NEO-PI-R terdiri dari 240 item (5 faktor x 6 facet x 8 item). Kelebihan dari
alat ukur NEO-PI-R yaitu sifatnya yang cross cultural sehingga memudahkan untuk
mereplikasi jika terdapat budaya-budaya yang berbeda-beda. Tujuan tes ini
adalah untuk mengukur kecenderungan emosi, hubungan interpersonal, keterbukaan
terhadap pengalaman baru, kecenderungan untuk tunduk pada orang lain, dan
kemampuan individu dalam berorganisasi.
III.
DISC
( Dominance, Influence, Steadiness, Complience)
Alat tes DISC adalah sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya
kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam
penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan
pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti umumnya
alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk
kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses
penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah
keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan
rekrutmen yang lebih umum.
1.
Dominant (D)
Orang yang Dominant
tinggi akan bersifat asertif (tegas) dan langsung. Biasanya mereka sangat
independen dan ambisius. Dalam pemecahan masalahnya, tipe dominan ini melakukan
pendekatan yang aktif dan cepat menyelesaikan masalah. Mereka ini orang yang
cukup gagah, mereka sangat menyukai tantangan dan persaingan. Mereka dipandang
orang lain sebagai orang yang berkemauan keras. Oleh karena itu mereka menginginkan
segala sesuatu sesuai dengan kemauan mereka.
2.
Influencing (I)
Tipe
Influencing ini senang berteman. Mereka suka menghibur orang lain dan bersifat
sosial. Dalam penyelesaian masalah atau mengerjakan sesuatu, mereka banyak
mengandalkan keterampilan sosial. Orang yang bersifat interpersonal ini senang
berpartisipasi dalam kelompok dan suka bekerja sama. Keterbukaan sikapnya
membuat orang lain memandang dirinya sebagai pribadi yang gampang bergaul dan
ramah. Biasa nya pribadi seperti ini memiliki banyak teman. Tipe antarpribadi
ini, tipe orang yang emosional karena mereka mudah mengungkapkan emosi kepada
orang lain, emosional disini artinya bukan mudah marah, tetapi mudah
mengungkapkan isi hatinya. Mereka lebih merasa nyaman berurusan dengan emosi
daripada hal lain.
3.
Steadiness (S)
Orang
yang bertipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar.
Mereka mendekati dan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan standar yang
terukur dan stabil. Pada umumnya, mereka tidak begitu suka kejutan. Pribadi
steadiness ini tidak banyak menuntut dan bersifat akomodatif. Mereka sangat
ramah dan memperlihatkan kesetiaannya kepada mereka yang ada disekitarnya.
Mereka sangat menghargai ketulusan. Orang yang bertipe steadiness ini jujur dan
mengatakan apa adanya dan berharap orang lain melakukan hal yang sama. Orang
lain memandang mereka sebagai orang yang tenang, berhati-hati dan konsisten
dalam cara mereka menjalani kehidupan. Memiliki tingkat ketabahan yang luar
biasa. Mereka dapat mempertahankan fokus dan kepentingan mereka dalam jangka
waktu yang lama dibandingankan orang lain yang mampu melakukan.
4.
Conscientiousness (C)
Tipe teliti ini sangat
tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi
(kecepatan). Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka
sangat fokus terhadap fakta, menginginkan adanya bukti. Orang tipe
Conscientiousness ini sangat menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar
peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan sistematis dan aturan-aturan
agar semuanya terkelola dengan baik. Mengatasi konflik secara tidak langsung.
Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan selalu mengalah.
IV.
EPPS (Edward Personality Preference
Schedule)
Tes EPPS (Edward
Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur
tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian
H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Edward
menyiapkan beberapa butir soal sesuai dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya
digunakan orang-orang yang akan memasuki dunia pekerjaan.
EPPS umumnya
dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam
pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam
mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang
terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS
dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya
adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal
(Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang.
Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas
subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang
disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada
15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau
konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan
bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk
diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia
konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati &
Suryaningrum, 2005).
V.
MBTI
Tes MBTI adalah tes yang
bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang dalam lingkungannya.
Tes ini dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan putrinya, Isabel Brigss
Myers. Mereka mengembangkan tes ini sejak perang dunia II (1939-1945). Mereka
percaya bahwa pengetahuan akan kepribadian dapat membantu perempuan yang akan
memasuki dunia kerja di bidang industri. Setelah mengalami pengembangan,
akhirnya tes MBTI ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.
Tes MBTI bertujuan secara
khusus untuk mengklasifikasikan orang-orang menurut tipe-tipe kepribadian yang
spesifik yang kini menjadi rujukan bagi berbagai organisasi dalam melakukan tes
bagi pesertanya. Kuesioner ini didasarkan pada empat skala, yang menghasilkan
enam belas kemungkinan kombinasi atau tipe-tipe kepribadian yang luas. MBTI
bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan. Masing-masing
memiliki sisi positif dan sisi negatif. Berikut empat skala kecenderungan MBTI,
yaitu :
1. Ekstrovert (E) vs
Introvert (I)
Dimensi IE untuk melihat
orientasi energy, apakah ke dalam atau keluar. Ekstrovert artinya pribadi yang
menyukai dunia luar. Tipe kepribadian ini senang bergaul, menyenangi interaksi
sosial, menyukai aktivitas dengan orang lain, dan berfokus pada dunia luar.
Sebaliknya, tipe introvert adalah pribadi yang menyukai dunia dalam (diri
sendiri). Tipe ini suka menyendiri, merenung, membaca, menulis, dan tidak
terlalu menyukai pergaulan dengan banyak orang. Individu dengan tipe
kepribadian ini mampu bekerja sendiri, berkonsentrasi dan fokus. Tipe
kepribadian ini bagus dalam pekerjaan pengolahan data dan back office.
2. Sensing (S) vs
Intuition (I)
Dimensi SI melihat
bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar
pada fakta yang konkret, praktis, realistis dan melihat data apa adanya.
Sensing menggunakan pedoman pengalaman dan data konkret serta memilih cara-cara
yang sudah terbukti. Individu tipe kepribadian ini fokus pada masa kini atau
hal-hal apa saja yang bisa diperbaiki pada masa sekarang. Individu sensing
bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Tipe intuition memproses
data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual, serta
melihat bagaimana kemungkinan yang bisa terjadi. Tipe intuition berpedoman pada
imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan atau apa yang akan
dicapai pada masa mendatang. Tipe ini sangat inovatif, penuh insprasi dan ide
unik, bagus untuk penyusunan konsep, ide dan visi jangka panjang.
3. Thinking (T) vs
Feeling (F)
Dimensi ketiga melihat
bagaimana seseorang dapat mengambil keputusan. Thinking adalah selalu
menggunakan logika dan melakukan analisa dalam mengambil keputusan, cenderung
berpusat pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala, menerapkan
prinisip dengan konsisten dan bagus untuk melakukan analisa serta menjaga
prosedur atau standar. Sementara feeling adalah tipe kepribadian yang
melibatkan perasaan, empati, serta nilai-nilai yang diyakini pada saat
pengambilan keputusan. Tipe ini berorientasi pada hubungan dan subjektif.
Bersifat akomodatif tetapi lebih terkesan memihak, empatik dan menginginkan
harmoni dan bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
4. Judging (J) vs
Perceiving (P)
Dimensi terakhir melihat
bagaimana derajat fleksibilitas seseorang. Judging pada hal ini bukanlah
judging untuk menghakimi, namun pada hal ini bertumpu pada rencana yang
sistematis, senantiasa berpikir dan bertindak teratur. Tipe judging tidak suka
akan hal-hal mendadak atau diluar perencanaan. Individu tipe ini bagus dalam
penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Tipe perceiving
adalah mereka yang bersifat spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk
melihat berbagai peluang yang muncul. Perubahan mendadak bukanlah suatu masalah
bagi tipe ini. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
TES GRAFIS
Tes psikologi
pertama-tama umumnya untuk mengukur intelegensi dan prestasi sekolah, hanya
beberapa yang ditujukan untuk tes kepribadian. Di Amerika Serikat, pertengahan
1930an dimulai lebih bebas dalam interpretasi tes yang mengukur kemampuan
mental dengan metode kualitatif. Tes menggambar, awal tujuan untuk mengukur
intelegensi secara kaku. Tes grafis adalah bagian
dari tes proyektif di ilmu psikologi. Tes grafis disebut juga
sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan
dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang
diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama.
Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja kertas dan sebatang pensil.
Macam – Macam Tes
Grafis :
a. House Tree Person (HTP)
Pada prinsipnya
dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/
kematangan intelektual Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat
memberikan informasi yang relevan mengenai kepribadian individu. Buck meyakini
juga bahwa goresan gambar seseorang (dalam hal ini gambar rumah, pohon dan
orang) dapat mewakili karakter pribadinya. HTP merupakan salah satu tes grafis
yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain.Tes HTP (House tree Person)
umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang
dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk
mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau
prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan, juga dapat
mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum ataupun
spesifik. Menurut John Duck, HTP digunakan untuk mendapatkan data tentang
kemajuan individu yang dikenai suatu treatment. Baik HTP ataupun tes grafis
lainnya dapat disertai dengan warna dan interpretasinya mencakup juga sesuai
atau tidak sesuainya penggunaan warna terhadap objek. Yang paling penting di
interpretasi adalah orientasi individu (terhadap ruang dan daya abstraksi).
b. Draw Analisys Person (DAP)
Tes DAP (Draw A Person)
atau juga sering disebut DAM (Draw A Man) merupakan salah satu bentuk alat tes
Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses assessment psikologi. Tes DAP
atau DAM termasuk tes individual. Pada tahun 1926, Goodenough mengembangkan
Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi kemampuan kognitif anak yang
direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya: akurasi dan detail
gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual anak. DAM
test ini digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.DAP atau Draw a Person adalah
salah satu jenis psikotes menggambar. Tes ini mudah diinterpretasikan dan
banyak digunakan di berbagai negara karena tidak ada hambatan bahasa, hambatan
budaya dan komunikasi antara penguji dan peserta tes. Biasannya, DAP digunakan
dalam berbagai tujuan sehingga bersifat universal.
Di
Indonesia, tes ini banyak digunakan untuk perekrutan pegawai swasta, pegawai
pemerintah, dan lembaga lainnya. Dalam pengerjaan tes ini, bisa dilakukan
secara kelompok atau individual. Tes kelompok biasanya digunakan dalam
perekrerutan pegawai yang berjumlah banyak (misalnya perekrutan pegawai PNS),
sementara, tes individual digunakan untuk perekrutan pegawai dengan kualifikasi
tertentu dan kuantitas sangat terbatas.
Anda sebagai peserta tes akan diminta oleh pengawas untuk menggambar tiga
orang pada tiga lembar terpisah yaitu gambar laki-laki, gambar perempuan dan
gambar Anda sendiri. Tapi, jika Anda dites dalam sebuah kelompok, Anda hanya
akan diminta untuk menggambar satu orang. Usahakan sesuai dengan jenis kelamin
Anda sendiri. Identitas diri ditulis pada bagian belakang kertas supaya bidang
gambar tetap bersih. Tapi tergantung pada permintaan pengawas. Intinya dengarkan
setiap petunjuk dari pengawas.
Dalam
tes kelompok peserta hanya diminta menggambar satu orang saja untuk menghemat
waktu. Waktu yang diberikan pengawas biasanya berkisar antara 10 sampai 15
menit.
Tujuan
dari tes DAP ini yaitu sebagai alat pembantu untuk memahami stuktur kepribadian
dan hal-hal bersifat fisik, tidak dapat memprediksi apa yang mungkin akan
terjadi secara tepat apabila semua data yang terlibat dengan subyek tidak
diprediksi dan di kontrol.
c. BAUM Test
Tes Psikologi “Baum
Test” atau yang lebih dikenal dengan “Tree Test” adalah tes psikologi yang
diciptakan oleh Emil Jucker yang kemudian dikembangkan dan dipublikasikan
pertama kali oleh Karl Koch pada tahun 1959. Alasan pemilihan pohon oleh Jucker
sebagai objek gambar adalah pohon selalu tumbuh dan berkembang, serta hasil
penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting bagi manusia
dan pohon dianggap mewakili manusia. Instruksi yang WAJIB diikuti dan tidak
boleh dilanggar adalah menggambar pohon berkayu, dan tidak boleh menggambar
pohon seperti perdu, pinus/cemara, palma/kelapa, bambu, beringin, randu,
pisang, dan rumput-rumputan. Setelah menggambar pohon, peserta diminta menulis
nama atau jenis pohon yang digambar.
Fungsi
dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang dengan
cara menganalisa gambar pohon yang dibuat oleh peserta tes. Hal ini dapat
diketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar,
dan dari aspek-aspek lainnya.
d.
WZT Test
Tes Warteg agak berbeda
dengan Tes Gambar Orang dan tes Pohon karena bersifat lebih obyektif, dalam
arti dapat dikauntifikasi, namun juga dapat dilakukan interpretasi kualitatif.
Tes Wartegg berbentuk setengah halaman kertas folio, dicetak, ada 8 kotak
dengan masing-masing satu tanda yang berlainan, kotak-kotak dilingkari garis
hitam tebal.
Dalam melakukan
interpretasi ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu: 1. Stimulus Drawing
Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar yang dibuat.
Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas dari gambar? SDR
merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan afektivitas. 2. Vontent
atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi
apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi asosiasi
bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari
kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan
sumber data proyektif tes. 3. Execution (pelaksanaan) Bagaimana gambar dibuat?
Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes Warteg mencoba untuk
mencari tahu pola reaksi yang permanen dari kepribadian si penggambar. Dari
penilaian kuantitatif dapat dibuat suatu profil kepribadian dalam istilah
fungsi-fungsi yaitu emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function yang
ada pada tiap manusia. Demikianlah sekilas uraian tentang beberapa tes grafis,
semoga dapat mendorong mahasiswa psikologi untuk mempelajarinya secara lebih
mendalam.
e. GRAFOLOGI
Test
Grafologi berasal dari kata graphos yang berarti coretan atau tulisan
dan logos yang berarti ilmu. Jadi grafologi adalah ilmu yang mampu
menginterpretasikan karakter seseorang melalui tulisannya. Grafologi ini sudah
ada sejak zaman kuno. Tujuan
dari tes ini yaitu untuk mengetahui untuk mengungkapkan karakter dan
kepribadian seseorang melalui tulisannya. Dengan grafologi kita dapat
mengetahui motivasi diri, kestabilan emosi, keadaan mental, minat dan bakat,
kecenderungan intelektual bahkan kekuatan dan kelemahan diri.
Konsep :
Ruang : Tempat seseorang dalam mencoretkan tulisannya. Agar mudah di mengerti,ruang adalah jika kita menulis di
kertas A4 yang kosong, maka tempat kosong yang kita tulis ini adalah ruangnya
Gerak : Arah tulisan (kekakanan / kekiri, keatas / menurun)
Bentuk : Bentuk-bentuk dari tulisan tiap huruf ataupun kata (bentuk,
huruf a,i, dsb)
f.
DRAGON
Test
Tes yang dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini
dieruntukkan untuk anak-anak.
Objek :
Matahari : ayah
Rumah : ibu
Pohon : anak
Naga : kemarahan, oposisi, energi libido, kekuatan, kehendak, dinamika
anak
Kolam : emosi, perasaan,
sensitivitas
TES
PROYEKSI
Tes
proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama
aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau
tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai
alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh apapun. Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi
bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes
proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat
bantu tes-tes proyeksi. Sebagai sebuah tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan
dan kekurangan jika dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain.
A. Tes
Rorschach
Tes rorschach merupakan
salah satu tes proyektif yang paling populer dikembangkan oleh psikiatris yang
berkembangsaan Swiss bernama Herman Rorschach (1921-1942). Pertama kali tes ini
deskiprisikan pada tahun 1921 dengan melakukan percobaan pada pasien yang
berjumlah 1991, hasil yang memuaskan dari 40 tes ink blot, hanya 15 bercak
tinta.
Tes rorschach adalah tes
yang pertama menerapkan noda tinta pada penyeledikan diagnostik atas
kepribadian secara keseluruhan. Tes rosa ada 10 kartu. Masing-masing kartu
memuat cetakan noda tinta simetris bilateral. Lima noda tinta diletakkan pada
bayangan abu-abu dan hitam saja, dua memadukan beberapa bayangan pastel.
Aspek
yang dinilai dalam tes rorschach adalah:
1. Kognitif;
taraf intelektual, pendekat, keluasan minat
2. Afektif;
emosional, tanggungjawab, reaksi terhadap stress
3. Fungsi
ego; kekuatan ego, area konflik, defense
B.
Thematic Apperception Test (TAT)
TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis. Thematic Apperception Test atau yang disingkat menjadi (TAT) adalah sebuah alat bantu untuk mengukur aspek kepribadian individu. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk menghitung, bahkan mampu menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan kognitif seseorang secara umum. Metode dengan menggunakan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing – masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong. TAT didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh motivasi internal dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas) seseorang. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.
Daftar Pustaka :
Aiken, L.R & Groth-Marnat, G
(2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 1, Edisi Kedua Belas.
Jakarta : Indeks
Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes
Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan).Jakarta : PT Indeks.
Urbina, S (2014). Essentials of Psychological Testing, Edisi Kedua. Canada : Willey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar