Selasa, 03 Mei 2016

Psikodiagnostik beserta alat tes

Psikodiagnostik : Usaha untuk mengukur karakteristik individu melalui pengamatan terhadap gambaran eksternal, misalnya fisiognomi, kraniologi,grafologi studi tentang suara, cara berjalan, bergerak, dsb.
Psychodiagnostic is the attempt to assess characteristics through of the observation of external fatures, as physiognomy, craniology, graphology, study of voice, gait, etc. (James Drever,1971)
Psikodiagnostika adalah studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah laku, cara berjalan, langkah, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, suara dan seterusnya (Kamus Psikologi C.P. Chaplin).

Sejarah Psikodiagnostik
Istilah Psikodiagnostik pertama kali diperkenalkan oleh Herman Rorschach yang dimana menampilkan tesnya sebagai metode Psychodiagnostic (1921) -> Tes Rorschach (10 buah kartu yang bergambar percikan tinta hitam dan tinta warna). Metode ini untuk menilai adanya kelainan – kelainan psikis pada seorang pasien mental.
Peneliti sebelumnya yang melakukan penelitian tentang bercak tinta :
·         Alfred Binet tahun 1895
·         Dearborn pada tahun 1896
·         Whipple melakukan standarisasi 1 tahun 1910
·         Herman Rorschach melakukan publikasi Tes Ro pada tahun 1921

Sejarah Tes Psikologi
2200 SM
Pemerintahan kerajaan Cina mulai mengadakan tes seleksi penerimaan pegawai baru
Yunani Kuno
Kerajaan Yunani Kuno mulai mengadakan tes untuk evaluasi proses pendidikan
Abad Pertengahan
Universitas di Eropa mulai menggunakan test untuk pendidikan formal
1837
Seguin mempelopori pemberian pelatihan bagi penderita retardasi mental dan memberikan perhatian pada aspek diskriminasi sensoris dan pengembangan kendali motorik pada anak. Dasar ini kemudian menjadi dasar dari tes inteligensi non verbal
1838
Esquirol mempublikasikan Mental Retardation (MR) berdasarkan macam dan tingkat gangguannya
1884
Francis Galton mengadministrasikan test battery pertama untuk ribuan orang di International Health Exhibit
1890
James McKeen Cattel menggunakan istilah tes mental di dalam menggunakan alat tes battery yang diciptakan Galton
1897
Ebbinghaus mengembangkan tes aritmatic, memory span, dan sentence completion
1901
Clark Wissler menemukan fakta bahwa Brass Instrument tidak memiliki korelasi dengan pencapaian nilai akademik seseorang
1905
Binet dan Simon menemukan tes kecerdasan modern pertama
1913
Robert Yerkes menciptakan Army Alpha dan Army Beta untuk merekrut sukarelawan perang dunia pertama
1916
Lewis Terman merevisi alat tes Binet dan Simon maka lahirlah Stanford dan Binet
1917
Robert Woodworth menciptakan Personal Data Sheet, alat tes kepribadian yang pertama
1920
Rorschach Inkblot ditemukan oleh Herman Rorschach
1921
Psychological Corporation, peneliti utama dari alat-alat tes psikologi didirikan oleh Cattell, Thorndike dan Woodworth
1925
Berkembangnya SAT (Scholastic Aptitude Test) oleh Bingham dan teman-temannya dan dikembangkan kembali oleh Spearman, Thurstone, Kelly
1927
Edisi Pertama Strong Vocational Interest Blank diterbitkan
1939
Weschler Bellevue Intelegence Scale diterbitkan
1942
Minnesota Multiphasic Personality Inventory diterbitkan
1949
Weschler Intelegence Scale untuk anak-anak diterbitkan

Prinsip-prinsip Dalam Pelaksanaan Psikodiagnostik :
1.      Memberikan perlakuan yang sama pada semua individu yang hendak dites,
2.      Ada kesadaran individu untuk menjalani psikodiagnostik, sebab jika tidak ada kesadaran, tentulah hasilnya tidak sesuai dengan tujuannya.
3.      Tersedia sarana dan prasarana untuk pemeriksaan psikologis, misalnya ada macam-macam tes yang diperlukan; ruang pemeriksaan memadai, waktunya cocok dan cukup.

Proses dalam Psikodiagnostik :
1.      Proses informal melalui pandangan seseorang menilai individu dalam kesehariannya dan biasanya terjadi kesalahpahaman (kesan). Kesalahan yang umumnya terjadi dalam proses informal :
1)      Kesalahan dari penilai
2)      Kesalahan dari yang dinilai
2.      Proses formal melalui kegiatan yang sistematis dan terarah sehingga diperoleh data yang objektif dan akurat. pendekatan dalam proses formal:
1)      Pendekatan klinis
2)      Pendekatan objektif

Metode dan teknik Psikodiagnostika :
Ada beberapa metode dalam psikodiagnostika, yaitu :
1.      Observasi
Observasi adalah salah satu metode dalam psikodiagnostika, yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap subjek yang diteliti
2.      Wawancara
Wawancara atau interview merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, yang berlangsung antara interviewee dan interviewer. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh interviewee.
3.      Tes Psikologi
Tes Psikologi : is a systematic procedure for obtaining samples of behavior, relevant to cognitive, affective,or interpersonal functioning, and for scoring and evaluating those samples according to standards. (dalam Essentials of Psychological Testing, 2014). Tes dapat membantu memperoleh gambaran diri subjek. Kelebihan dari tes adalah bentuknya yang sudah standar, sehingga mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses pemeriksaan berlangsung. Respon yang diberikan diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.
Tujuan Tes Psikologi :
1.      Menyaring para pelamar kerja, program pelatihan, dan pendidikan,
2.      Mengelompokkan dan menempatkan orang – orang ke dalam konteks pendidikan dan pekerjaan,
3.      Memberikan konseling dan bimbingan individu untuk tujuan konseling pendidikan,kejuruan (vocational), dan personal,
4.      Mempertahankan atau membubarkan, mempromosikan dan memutar mahasiswa atau karyawan pada program pendidikan atau peatihan serta situasi kerja,
5.      Mendiagnosis dan menentukan perawatan psikologi dan fisik di klinis dan rumah sakit,
6.      Mengevaluasi perubahan kognitif, intrapersonal (dalam diri) dan interpersonal (antar orang) dalam kaitannya dengan program pendidikan, psikoterapetik, dan program intervensi perilaku lainnya,
7.      Menyelenggarakan penelitian mengenai perubahan perilaku sepanjang waktu san mengevaluasi efektivitas program, atau teknik baru.
Kegunaan Psikodiagnostik :
1.         Clinical setting (RS atau pusat kesehatan mental)
2.         Legal setting (peradilan, LP atau tempat rehabilitasi)
3.         Educational and vocational selection (pemilihan jurusan di SMA/K, Perguruan tinggi)
4.         Research setting (pengembangan penelitian)

Tes sebagai alat pembanding atau pengukur supaya dapat berfungsi secara baik haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
1.      Valid
2.      Reliabel
3.      Distandardisasikan
4.      Objektif
5.      Diksriminatif
6.      Komprehensif
7.      Mudah digunakan

4.      Analisa Dokumen & Riwayat Hidup
Dokumen yang dapat dianalisa dapat berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Data dalam bentuk dokumen ini memiliki kelebihan, yaitu data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional.
Tes Kecerdasan / Inteligensi (Intelligence)

Kecerdasan merupakan kemampuan berfokus dan mempertahankan kemampuan seseornag untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tes ini disusun dan dikembangkan untuk mengetahui kemampuan dasar individu secara umum. Tes kecerdasan tradisional, meskipun terkadang ada yang memiliki beberapa subtest, namun sebenarnya dirancang untuk mendapatkan angka global tunggal ukuran tingkat perkembangan kognitif umum individu. Keluaran angka ini kemudian sering disebut sebagai Intelligence Quotient (IQ). Teori kecerdasan sendiri berdasar pada model psikometri, perkembangan dan pemprosesan informasi (lihat Flanagan & Harrison, 2005 dalam pengetesan dan pemeriksaan psikologi,2008 ) yang dimana 2 jenis teori pertama mewakili pendekatan tradisional dan yang ketiga pendekatan masa kini.
Tujuan Tes Kecerdasan :
1.      Diagnosis keberadaan dan sifat kerusakan otak; mengevaluasi kemampuan mental rendah dan tinggi, serta tugas bagi anak-anak terbelakang mental dan anak – anak berbakat menyangkut program atau kelas khusus,
2.      Penyeleksian, penempatan dan klarifikasi siswa di institusi pendidikan menengah, karyawan , personalia dll,
3.      Ketentuan dan diagnosis kecacatan berkait dengan kecelakaan pekerjaan untuk tuntutan asuransi,
4.      Konseling dan rehabilitas kejuruan dan pendidikan,
5.      Psikodiagnosis anak dan orang dewasa dalam konteks klinis,
6.      Penelitian di bidang kemampuan kognitif dan kepribadian.

Format pada tes kecerdasaan ini yaitu tes individual (tes dibuat untuk satu peserta tes pada waktu yang sama) dan tes kelompok (tes dibuat untuk dilakukan secara serempak untuk banyak orang).
Macam – macam test intelegensi :
1.      IST
IST adalah alat ukur inteligensi yang dipopulerkan oleh Rudolph Amthauer di Jerman pada tahun 1970. IST terdiri dari sembilan subtes yang dapat mengukur aspek intelegensi yang berbeda-beda dan dapat berdiri sendiri. Satzergaenzung (selanjutnya disebut SE), Wortauswahl (selanjutnya disebut WA), Analogien (selanjutnya disebut AN), Gemeinsamkeiten (selanjutnya disebut GE), Merkaufgaben (selanjutnya disebut ME), Rechenaufgaben (selanjutnya disebut RA), Zahlenreinhen (selanjutnya disebut ZR), Figurenauswahl (selanjutnya disebut FA), Wuerfelaufgabn (selanjutnya disebut WU).
Fungsi dan Tujuan:
     Menggambarkan pola kerja tertentu
     Memahami diri dan pengembangan pribadi
     Merencanakan pendidikan dan karir
     Membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu

2.      CFIT
Culture-Fair Intelligence Test dari Cattel pertama kali dikeluarkan pada tahun 1944 dan satu-satunya percobaan yang pertama mengembangkan kecerdasan yang diukur bebas dari pengaruh budaya. Tes tersebut dianggap menjadi ukuran “g” (measure of “g”) dan mencerminkan teori Cattel yaitu Fluid Intelligence dan Crystallized Intelligence.
Terdiri dari tiga skala : Skala I untuk usia 4 sampai 8, skala II untuk usia 8 sampai 12 dan “orang dewasa rata-rata”, dan skala III untuk siswa SMA dan orang dewasa unggul. Skala I terdiri dari 8 substansi yang melibatkan labirin, menyalin simbol, mengidentifikasi gambar yang sama, dan tugas non verbal lainnya. Skala I dan II keduanya terdiri dari 4 subtes : (1) seri subtest dimana urutan gambar dilengkapi dengan memilih diantara pilihan respon, (2) klasifikasi subtes, dimana responden memilih satu gambar yang berbeda dari gambar yang lain, (3) subtes Matriks yang membutuhkan penyelesaian matriks atau pola, dan (4) ketentuan subtes, yang mengharuskan responden untuk mengidentifikasi beberapa gambar geometris memenuhi kondisi tertentu. Dua form yang tersedia, form A dan B, yang dikombinasi dan diberikan sebagai skala tunggal dalam proses standardisasi.
3.      STM
Merupakan salah satu contoh bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara individual maupun kelompok.

4.      SB
Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
     Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
Klasifikasi IQ

140 keatas    : Verry Supperrior
120 – 139     : Superior
110 – 119     : Rata-rata atas
90 – 109       : Normal atau Rata-rata
80 – 89          : Rata-rata bawah ( Low average)
70-79             : Boderline defective
69 kebawah  : Cacat mental ( mentally devective)

c. Administrasi test

1.     Prolognya meliputi: ucapan terima kasih, menjelaskan prosedur pemeriksaan, penjelasan tentang alat yang akan digunakan, prosedur ijin kebelakang, menanyakan kesiapan testee, dan etika hasil.
2.      Mengecek alat-alat yang akan digunakan
3.      Melaksanakan tes binet
4.      Melakukan scoring tes binet
5.      Membuat laporan.

5.      WAIS
WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised) mengukur 2 aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek performance. The WAIS merupakan the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WB) pada tahun 1939. Wechsler menunjukkan bahwa tes inteligensi seperti Stanford-Binet dirancang untuk mengukur intelegensi anak-anak dan untuk beberapa kasus yang mencakup orang dewasa tidak dapat sesuai. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya kurang sesuai. Untuk mengatasi masalah ini, Wechsler  membuat alat tes yang bernama Wechsler-Bellevue, dimana item-itemnya banyak yang diadopsi dari Tes Binet-Simon, the Army Alpha, yang biasa digunakan untuk tes militer pada Perang Dunia I dan dari tes-tes lainnya. Pada tahun 1955, Wechsler-Bellevue diganti dengan the WAIS,yang direvisi kembali pada tahun 1981 dengan nama WAIS-R, dan direvisi kembali menjadi the WAIS-3 pada tahun 1997. Item-item pada skala the WAIS diambil dari variasi tes, seperti pengalaman klinis dan dari proyek-proyek pilot. Item-item tersebut dipilih dengan dasar validitas empiris walaupun seleksinya didasari oleh Wechsler’s theory of the nature intelligence. Revisi the WAIS-R merupakan usaha untuk memodernisasi konten alat tes, seperti, informasi baru item subtes yang mengacu pada orang kulit hitam yang terkenal dan kepada wanita,untuk mengurangi ambiguitas, untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan kontroversial, untuk memfasilitasi administrasi, dan menilai dengan tepat sesuai dengan perubahan pada Manual.
Skala Verbal : Information, Digit Span, Vocabulary, Comprehension, Arithmetic (T), Similarities.
Skala Performa : Picture Completion, Picture Arrangement (T), Block Design (T), Object Assembly (T), Digit Symbol (T).

6.      WISC
WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) mengalami revisi terakhir pada tahun 1974 bertujuan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 tahun sampai dengan 15 tahun. WISC atau WISC-R terdiri dari 12 subtes yang terbagi menjadi dua bagian yaitu Verbal dan Performance. Sub tes dalam skala verbal adalah information, comprehension, arithmetic, similarities, vocabularydan digit span. Sedangkan sub tes dalam skala performance adalah picture completion, picture arrangement, block design, object assembly, coding dan mazes. Sub tes digit span dan mazes hanya digunakan sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian tes.

Tes Bakat

Tes Bakat adalah Kondisi atau serangkaian karakteristik yang dipersepsikan sebagai indikasi kemampuan individu dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau serangkaian respon dengan melalui latihan. Jadi bakat merup hasil interaksi antara hereditas & pendidikan. Tes Bakat fokus pada mengukur kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnyadimasa yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan performance seseorang dikemudian hari. Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman dan proses belajar individu yang diukur dalam tes.

Dimensi Bakat 
Menurut Guilford, bakat memiliki 3 dimensi, yaitu:

1.      Dimensi Perseptual: kemampuan dlm melakukan persepsi/ kepekaan pancaindera yang berhub dengan kepekaan penglihatan, pendengaran, kinestesi
2.      Dimensi Psikomotor: yang meliputi 6 faktor: kekuatan, impuls, kecepatan gerak/ketepatan, ketelitian (dinamis maupun statis), koordinasi dan keluwesan/fleksibilitas
3.      Dimensi Intelektual: meliputi faktor ingatan & faktor berpikir {kognisi, produksi (divergen & kovergen), & evaluasi.

Tujuan Mengetahui Bakat

1.     Tujuan Diagnosis
       Tujuan ini tentunya memberikan informasi mengenai sejauhmana minat dan bakat seseorang pada      suatu bidang.

2.     Prediksi
       Untuk memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang yang menjadi pilihannya        untuk berkarir atau lainnya.

Faktor-faktor yang dapat ditinjau dalam Tes Bakat

1. Kemampuan Verbal:
1.      Kemampuan memahami & menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan.
2. Kemampuan numerical:
2.      Kemampuan ketepatan & ketelitian memecahkan problem yang berkaitan dengan angka dan perhitungan
3. Kemampuan spatial
3.      Kemampuan merancang suatu benda secara tepat.
4. Kemampuan perceptual
4.      Kemampuan mengamati & memahami gambar dua dimensi menjadi tiga dimensi
5. Kemampuan reasoning
5.      Kemampuan memecahkan suatu masalah
6. Kemampuan mekanik
6.      Kemampuan memahami konsep-konsep seputar mekanika/mesin.
7. Kemampuan memory
7.      Kemampuan individu dalam menyimpan dan mengingat kembali informasi.
8. Kemampuan klerikal
8.      Kemampuan bekerja dibidang administrasi.
9. Kreativitas:
9.      Kemampuan menghasilkan hal-hal baru dan yang tidak biasa (istimewa).
10. Kecepatan kerja
10.  Kemampuan bekerja secara cepat dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
11. Ketelitian kerja
11.  Kemampuan bekerja secara teliti dan minor kesalahan dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
12. Ketahanan kerja
12.  Kemampuan bekerja secara konsisten (dalam situasi kerja yang monoton atau semakin berat).

Macam – Macam Tes Bakat :
1)      Tes Kraeplin

Tes Kraepelin merupakan hasil dari ciptaan Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun proses pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar pemikiran dari faktor – faktor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan seperti apa tipe performance seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi daya gejala depresi mental. Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance dari seseorang.
2)      Tes Pauli

Tes Pauli dikembangkan pada tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof. Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran yang ingin membuat psikologi menjadi bidang ilmu pasti, yaitu membuat psikologi sebagai suatu bidang eksperimen. Di dalam penyusunan atau pembuatan test pauli ini, Richard Pauli mengambil cara yang dipergunakan oleh Kraeplin, yaitu menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan penghitungan sederhana di mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Kraeplin adalah seorang psikiater atau dokter jiwa yang menggunakan metode dengan menyuruh testee menghitung.

Adapun ciri dari test Pauli antara lain adalah: penjumlahan yang mengalir, angka yang ditulis hanya satuan, hasil penjumlahan tidak dijumlahkan dengan angka berikutnya. Tujuan pengukuran tes Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu, melihat prestasi dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap prestasi.

Tes Evaluasi Belajar
Teknik tes:
Individu yang dievaluasi (testee) akan mengalami perlakuan yang sama, dalam hal perintah, bentuk tugas, dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan evaluasi tugas. Sehingga, individu yang dites tersebut akan memiliki skor tertentu yang dapat dijadikan sebagai gambaran atas apa yang telah dievaluasi.
Instrumen Tes :
Teknik tes dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tulisan, lisan, dan tindakan.
1. Tes tulisan adalah tes yang disajikan secara tertulis, baik pertanyaan yang diajukan maupun cara menjawabnya. Jadi, ada dua perangkat penting dalam teknik tes tulisan, yaitu lembar soal dan lembar jawab.
2. Tes lisan adalah tes yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan orang yang melakukan tes dan orang yang dites.
3. Tes tindakan adalah bentuk tes yang disajikan dalam bentuk tugas tindakan. Dalam teknik ini peserta tes menyelesaikan tugas sementara tester memberikan instruksi berupa tugas serta melakukan pengamatan.
Teknik non tes:
Teknik non tes ini bisa digunakan untuk menilai psikomotorik dan afektif dari peserta didik, bukan aspek kognitifnya. Berbagai macam teknik non-tes. Pengamatan atau observasi, skala penilaian dan sikap, interview, studi kasus, angket atau kuesioner portofolio, dokumentasi, riwayat hidup.
Instrumen Non Tes :
Wawancara: Ada dua jenis wawancara yang biasa dilakukan, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berrstruktur Pada wawancara berstruktur  kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga peserta didik hanya tinggal mengategorikan jawabannya, diolah dan kemudian dianalisis untuk disusun kesimpulan. Sementara itu, pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan.
Kuesioner (angket): merupakan salah satu bentuk evaluasi yang berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kertas dan responden diminta untuk mengisi jawaban kolom-kolom yang telah tersedia.
Observasi: Hal yang diingat adalah observasi harus dilaksanakan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Sebelumnya, pengamat harus menetapkan aspek-aspek perilaku seperti apa yang akan diobservasi. Kemudian, aspek-aspek tersebut dirancang sebagai pedoman dalam melakukan observasi
Skala sikap dan penilaian: Skala sikap dipakai untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui   pernyataan perilaku individu pada suatu kategori yang bermakna nilai
Sosiometri: Instrumen sosiometri merupakan teknik evaluasi yang tepat untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri, terutama hubungan sosialnya dengan teman sekelas.
Tes Inventory
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.
Macam – Macam Tes Inventory :
I.            PAPI (The Personality Preference Inventory)
PAPI merupakan sebuah alat ukur yang memeriksa gaya kerja yang sangat populer dan digunakan oleh lebih dari 1000 perusahaan di lebih 50 negara. PAPI dirancang oleh Dr. Max Martin Kostick di tahun 1960-an. Beliau bekerja di Universitas Boston , Amerika. Tes PAPI pertama kali digunakan oleh konsultan manajemen PA consulting group pada tahun 1966. PA memiliki hak ekskudif untuk memasarkan tester tersebut ke seluruh dunia pada tahun1979, dan banyak perusahaan yang menggunakan dengan lisensi dibawah naungan PA. Tes ini merupakan pemeriksaan yang khusus berkaitan dengan kerja , tes ini berusaha untuk menjelaskan serta menjawab pertanyaan terkait permasalahan kepribadian inheren. Gaya bekerja seseorang dan melihat kemampuan seseorang dalam mengatasi dinamika dalam kelompok, terutama karyawan dalam perusahaan.
II.            NEO-PI-R (NEO-Personality Inventory Revised)
NEO-PI-R adalah sebuah alat ukur yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan cara menggunakan kuisioner yang dirancang untuk mengukur Big Five Traits. Mereka membedakan masing-masing dari kelima dimensi kepribadian tersebut dengan mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik. Setiap facet diukur oleh 8 item, maka NEO-PI-R terdiri dari 240 item (5 faktor x 6 facet x 8 item). Kelebihan dari alat ukur NEO-PI-R yaitu sifatnya yang cross cultural sehingga memudahkan untuk mereplikasi jika terdapat budaya-budaya yang berbeda-beda. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kecenderungan emosi, hubungan interpersonal, keterbukaan terhadap pengalaman baru, kecenderungan untuk tunduk pada orang lain, dan kemampuan individu dalam berorganisasi.
III.            DISC ( Dominance, Influence, Steadiness, Complience)
Alat tes DISC adalah sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti umumnya alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan rekrutmen yang lebih umum.
1. Dominant (D)
Orang yang Dominant tinggi akan bersifat asertif (tegas) dan langsung. Biasanya mereka sangat independen dan ambisius. Dalam pemecahan masalahnya, tipe dominan ini melakukan pendekatan yang aktif dan cepat menyelesaikan masalah. Mereka ini orang yang cukup gagah, mereka sangat menyukai tantangan dan persaingan. Mereka dipandang orang lain sebagai orang yang berkemauan keras. Oleh karena itu mereka menginginkan segala sesuatu sesuai dengan kemauan mereka.
2. Influencing (I)
Tipe Influencing ini senang berteman. Mereka suka menghibur orang lain dan bersifat sosial. Dalam penyelesaian masalah atau mengerjakan sesuatu, mereka banyak mengandalkan keterampilan sosial. Orang yang bersifat interpersonal ini senang berpartisipasi dalam kelompok dan suka bekerja sama. Keterbukaan sikapnya membuat orang lain memandang dirinya sebagai pribadi yang gampang bergaul dan ramah. Biasa nya pribadi seperti ini memiliki banyak teman. Tipe antarpribadi ini, tipe orang yang emosional karena mereka mudah mengungkapkan emosi kepada orang lain, emosional disini artinya bukan mudah marah, tetapi mudah mengungkapkan isi hatinya. Mereka lebih merasa nyaman berurusan dengan emosi daripada hal lain.
3. Steadiness (S)
Orang yang bertipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar. Mereka mendekati dan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan standar yang terukur dan stabil. Pada umumnya, mereka tidak begitu suka kejutan. Pribadi steadiness ini tidak banyak menuntut dan bersifat akomodatif. Mereka sangat ramah dan memperlihatkan kesetiaannya kepada mereka yang ada disekitarnya. Mereka sangat menghargai ketulusan. Orang yang bertipe steadiness ini jujur dan mengatakan apa adanya dan berharap orang lain melakukan hal yang sama. Orang lain memandang mereka sebagai orang yang tenang, berhati-hati dan konsisten dalam cara mereka menjalani kehidupan. Memiliki tingkat ketabahan yang luar biasa. Mereka dapat mempertahankan fokus dan kepentingan mereka dalam jangka waktu yang lama dibandingankan orang lain yang mampu melakukan.
4. Conscientiousness (C)
Tipe teliti ini sangat tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan). Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus terhadap fakta, menginginkan adanya bukti. Orang tipe Conscientiousness ini sangat menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan sistematis dan aturan-aturan agar semuanya terkelola dengan baik. Mengatasi konflik secara tidak langsung. Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan selalu mengalah.
IV.            EPPS (Edward Personality Preference Schedule)
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Edward menyiapkan beberapa butir soal sesuai dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya digunakan orang-orang yang akan memasuki dunia pekerjaan.
EPPS umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
V.            MBTI
Tes MBTI adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang dalam lingkungannya. Tes ini dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan putrinya, Isabel Brigss Myers. Mereka mengembangkan tes ini sejak perang dunia II (1939-1945). Mereka percaya bahwa pengetahuan akan kepribadian dapat membantu perempuan yang akan memasuki dunia kerja di bidang industri. Setelah mengalami pengembangan, akhirnya tes MBTI ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.
Tes MBTI bertujuan secara khusus untuk mengklasifikasikan orang-orang menurut tipe-tipe kepribadian yang spesifik yang kini menjadi rujukan bagi berbagai organisasi dalam melakukan tes bagi pesertanya. Kuesioner ini didasarkan pada empat skala, yang menghasilkan enam belas kemungkinan kombinasi atau tipe-tipe kepribadian yang luas. MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan. Masing-masing memiliki sisi positif dan sisi negatif. Berikut empat skala kecenderungan MBTI, yaitu :
1. Ekstrovert (E) vs Introvert (I)
Dimensi IE untuk melihat orientasi energy, apakah ke dalam atau keluar. Ekstrovert artinya pribadi yang menyukai dunia luar. Tipe kepribadian ini senang bergaul, menyenangi interaksi sosial, menyukai aktivitas dengan orang lain, dan berfokus pada dunia luar. Sebaliknya, tipe introvert adalah pribadi yang menyukai dunia dalam (diri sendiri). Tipe ini suka menyendiri, merenung, membaca, menulis, dan tidak terlalu menyukai pergaulan dengan banyak orang. Individu dengan tipe kepribadian ini mampu bekerja sendiri, berkonsentrasi dan fokus. Tipe kepribadian ini bagus dalam pekerjaan pengolahan data dan back office.
2. Sensing (S) vs Intuition (I)
Dimensi SI melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkret, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Sensing menggunakan pedoman pengalaman dan data konkret serta memilih cara-cara yang sudah terbukti. Individu tipe kepribadian ini fokus pada masa kini atau hal-hal apa saja yang bisa diperbaiki pada masa sekarang. Individu sensing bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual, serta melihat bagaimana kemungkinan yang bisa terjadi. Tipe intuition berpedoman pada imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan atau apa yang akan dicapai pada masa mendatang. Tipe ini sangat inovatif, penuh insprasi dan ide unik, bagus untuk penyusunan konsep, ide dan visi jangka panjang.
3. Thinking (T) vs Feeling (F)
Dimensi ketiga melihat bagaimana seseorang dapat mengambil keputusan. Thinking adalah selalu menggunakan logika dan melakukan analisa dalam mengambil keputusan, cenderung berpusat pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala, menerapkan prinisip dengan konsisten dan bagus untuk melakukan analisa serta menjaga prosedur atau standar. Sementara feeling adalah tipe kepribadian yang melibatkan perasaan, empati, serta nilai-nilai yang diyakini pada saat pengambilan keputusan. Tipe ini berorientasi pada hubungan dan subjektif. Bersifat akomodatif tetapi lebih terkesan memihak, empatik dan menginginkan harmoni dan bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
4. Judging (J) vs Perceiving (P)
Dimensi terakhir melihat bagaimana derajat fleksibilitas seseorang. Judging pada hal ini bukanlah judging untuk menghakimi, namun pada hal ini bertumpu pada rencana yang sistematis, senantiasa berpikir dan bertindak teratur. Tipe judging tidak suka akan hal-hal mendadak atau diluar perencanaan. Individu tipe ini bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Tipe perceiving adalah mereka yang bersifat spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat berbagai peluang yang muncul. Perubahan mendadak bukanlah suatu masalah bagi tipe ini. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
TES GRAFIS

Tes psikologi pertama-tama umumnya untuk mengukur intelegensi dan prestasi sekolah, hanya beberapa yang ditujukan untuk tes kepribadian. Di Amerika Serikat, pertengahan 1930an dimulai lebih bebas dalam interpretasi tes yang mengukur kemampuan mental dengan metode kualitatif. Tes menggambar, awal tujuan untuk mengukur intelegensi secara kaku. Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi.  Tes grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama. Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja kertas dan sebatang pensil.

Macam – Macam Tes Grafis :
a.       House Tree Person (HTP)
Pada prinsipnya dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/ kematangan intelektual Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang relevan mengenai kepribadian individu. Buck meyakini juga bahwa goresan gambar seseorang (dalam hal ini gambar rumah, pohon dan orang) dapat mewakili karakter pribadinya. HTP merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain.Tes HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum ataupun spesifik. Menurut John Duck, HTP digunakan untuk mendapatkan data tentang kemajuan individu yang dikenai suatu treatment. Baik HTP ataupun tes grafis lainnya dapat disertai dengan warna dan interpretasinya mencakup juga sesuai atau tidak sesuainya penggunaan warna terhadap objek. Yang paling penting di interpretasi adalah orientasi individu (terhadap ruang dan daya abstraksi).

b.      Draw Analisys Person (DAP)
Tes DAP (Draw A Person) atau juga sering disebut DAM (Draw A Man) merupakan salah satu bentuk alat tes Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses assessment psikologi. Tes DAP atau DAM termasuk tes individual. Pada tahun 1926, Goodenough mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi kemampuan kognitif anak yang direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya: akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual anak. DAM test ini digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.DAP atau Draw a Person adalah salah satu jenis psikotes menggambar. Tes ini mudah diinterpretasikan dan banyak digunakan di berbagai negara karena tidak ada hambatan bahasa, hambatan budaya dan komunikasi antara penguji dan peserta tes. Biasannya, DAP digunakan dalam berbagai tujuan sehingga bersifat universal.
Di Indonesia, tes ini banyak digunakan untuk perekrutan pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan lembaga lainnya. Dalam pengerjaan tes ini, bisa dilakukan secara kelompok atau individual. Tes kelompok biasanya digunakan dalam perekrerutan pegawai yang berjumlah banyak (misalnya perekrutan pegawai PNS), sementara, tes individual digunakan untuk perekrutan pegawai dengan kualifikasi tertentu dan kuantitas sangat terbatas.
Anda sebagai peserta tes akan diminta oleh pengawas untuk menggambar tiga orang pada tiga lembar terpisah yaitu gambar laki-laki, gambar perempuan dan gambar Anda sendiri. Tapi, jika Anda dites dalam sebuah kelompok, Anda hanya akan diminta untuk menggambar satu orang. Usahakan sesuai dengan jenis kelamin Anda sendiri. Identitas diri ditulis pada bagian belakang kertas supaya bidang gambar tetap bersih. Tapi tergantung pada permintaan pengawas. Intinya dengarkan setiap petunjuk dari pengawas. 
Dalam tes kelompok peserta hanya diminta menggambar satu orang saja untuk menghemat waktu. Waktu yang diberikan pengawas biasanya berkisar antara 10 sampai 15 menit.
Tujuan dari tes DAP ini yaitu sebagai alat pembantu untuk memahami stuktur kepribadian dan hal-hal bersifat fisik, tidak dapat memprediksi apa yang mungkin akan terjadi secara tepat apabila semua data yang terlibat dengan subyek tidak diprediksi dan di kontrol.

c.       BAUM Test
Tes Psikologi “Baum Test” atau yang lebih dikenal dengan “Tree Test” adalah tes psikologi yang diciptakan oleh Emil Jucker yang kemudian dikembangkan dan dipublikasikan pertama kali oleh Karl Koch pada tahun 1959. Alasan pemilihan pohon oleh Jucker sebagai objek gambar adalah pohon selalu tumbuh dan berkembang, serta hasil penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting bagi manusia dan pohon dianggap mewakili manusia. Instruksi yang WAJIB diikuti dan tidak boleh dilanggar adalah menggambar pohon berkayu, dan tidak boleh menggambar pohon seperti perdu, pinus/cemara, palma/kelapa, bambu, beringin, randu, pisang, dan rumput-rumputan. Setelah menggambar pohon, peserta diminta menulis nama atau jenis pohon yang digambar.
Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang dengan cara menganalisa gambar pohon yang dibuat oleh peserta tes. Hal ini dapat diketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya.

d.      WZT Test
Tes Warteg agak berbeda dengan Tes Gambar Orang dan tes Pohon karena bersifat lebih obyektif, dalam arti dapat dikauntifikasi, namun juga dapat dilakukan interpretasi kualitatif. Tes Wartegg berbentuk setengah halaman kertas folio, dicetak, ada 8 kotak dengan masing-masing satu tanda yang berlainan, kotak-kotak dilingkari garis hitam tebal.
Dalam melakukan interpretasi ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu: 1. Stimulus Drawing Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar yang dibuat. Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas dari gambar? SDR merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan afektivitas. 2. Vontent atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi asosiasi bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan sumber data proyektif tes. 3. Execution (pelaksanaan) Bagaimana gambar dibuat? Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes Warteg mencoba untuk mencari tahu pola reaksi yang permanen dari kepribadian si penggambar. Dari penilaian kuantitatif dapat dibuat suatu profil kepribadian dalam istilah fungsi-fungsi yaitu emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function yang ada pada tiap manusia. Demikianlah sekilas uraian tentang beberapa tes grafis, semoga dapat mendorong mahasiswa psikologi untuk mempelajarinya secara lebih mendalam.
e.       GRAFOLOGI Test
Grafologi berasal dari kata graphos yang berarti coretan atau tulisan dan logos yang berarti ilmu. Jadi grafologi adalah ilmu yang mampu menginterpretasikan karakter seseorang melalui tulisannya. Grafologi ini sudah ada sejak zaman kuno. Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui untuk mengungkapkan karakter dan kepribadian seseorang melalui tulisannya. Dengan grafologi kita dapat mengetahui motivasi diri, kestabilan emosi, keadaan mental, minat dan bakat, kecenderungan intelektual bahkan kekuatan dan kelemahan diri.
Konsep :
Ruang : Tempat seseorang dalam mencoretkan tulisannya. Agar mudah di mengerti,ruang adalah jika kita menulis di kertas A4 yang kosong, maka tempat kosong yang kita tulis ini adalah ruangnya
Gerak : Arah tulisan (kekakanan / kekiri, keatas / menurun)
Bentuk : Bentuk-bentuk dari tulisan tiap huruf ataupun kata (bentuk, huruf a,i, dsb)
f.       DRAGON Test
Tes yang dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini dieruntukkan untuk anak-anak.
Objek :
Matahari : ayah
Rumah : ibu
Pohon  : anak
Naga : kemarahan, oposisi, energi libido, kekuatan, kehendak, dinamika anak
Kolam : emosi, perasaan, sensitivitas

TES PROYEKSI
Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh apapun. Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi. Sebagai sebuah tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain.

A.    Tes Rorschach
Tes rorschach merupakan salah satu tes proyektif yang paling populer dikembangkan oleh psikiatris yang berkembangsaan Swiss bernama Herman Rorschach (1921-1942). Pertama kali tes ini deskiprisikan pada tahun 1921 dengan melakukan percobaan pada pasien yang berjumlah 1991, hasil yang memuaskan dari 40 tes ink blot, hanya 15 bercak tinta.
Tes rorschach adalah tes yang pertama menerapkan noda tinta pada penyeledikan diagnostik atas kepribadian secara keseluruhan. Tes rosa ada 10 kartu. Masing-masing kartu memuat cetakan noda tinta simetris bilateral. Lima noda tinta diletakkan pada bayangan abu-abu dan hitam saja, dua memadukan beberapa bayangan pastel.
Aspek yang dinilai  dalam tes rorschach adalah:
1.      Kognitif; taraf intelektual, pendekat, keluasan minat
2.      Afektif; emosional, tanggungjawab, reaksi terhadap stress
3.      Fungsi ego; kekuatan ego, area konflik, defense

B.     Thematic Apperception Test (TAT)

TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis. Thematic Apperception Test atau yang disingkat menjadi (TAT) adalah sebuah alat bantu untuk mengukur aspek kepribadian individu. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk menghitung, bahkan mampu menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan kognitif seseorang secara umum. Metode dengan menggunakan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing – masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong. TAT didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh motivasi internal dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas) seseorang. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.

 Psikodiagnostik : Usaha untuk mengukur karakteristik individu melalui pengamatan terhadap gambaran eksternal, misalnya fisiognomi, kraniologi,grafologi studi tentang suara, cara berjalan, bergerak, dsb.
Psychodiagnostic is the attempt to assess characteristics through of the observation of external fatures, as physiognomy, craniology, graphology, study of voice, gait, etc. (James Drever,1971)
Psikodiagnostika adalah studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah laku, cara berjalan, langkah, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, suara dan seterusnya (Kamus Psikologi C.P. Chaplin).

Sejarah Psikodiagnostik
Istilah Psikodiagnostik pertama kali diperkenalkan oleh Herman Rorschach yang dimana menampilkan tesnya sebagai metode Psychodiagnostic (1921) -> Tes Rorschach (10 buah kartu yang bergambar percikan tinta hitam dan tinta warna). Metode ini untuk menilai adanya kelainan – kelainan psikis pada seorang pasien mental.
Peneliti sebelumnya yang melakukan penelitian tentang bercak tinta :
·         Alfred Binet tahun 1895
·         Dearborn pada tahun 1896
·         Whipple melakukan standarisasi 1 tahun 1910
·         Herman Rorschach melakukan publikasi Tes Ro pada tahun 1921

Sejarah Tes Psikologi
2200 SM
Pemerintahan kerajaan Cina mulai mengadakan tes seleksi penerimaan pegawai baru
Yunani Kuno
Kerajaan Yunani Kuno mulai mengadakan tes untuk evaluasi proses pendidikan
Abad Pertengahan
Universitas di Eropa mulai menggunakan test untuk pendidikan formal
1837
Seguin mempelopori pemberian pelatihan bagi penderita retardasi mental dan memberikan perhatian pada aspek diskriminasi sensoris dan pengembangan kendali motorik pada anak. Dasar ini kemudian menjadi dasar dari tes inteligensi non verbal
1838
Esquirol mempublikasikan Mental Retardation (MR) berdasarkan macam dan tingkat gangguannya
1884
Francis Galton mengadministrasikan test battery pertama untuk ribuan orang di International Health Exhibit
1890
James McKeen Cattel menggunakan istilah tes mental di dalam menggunakan alat tes battery yang diciptakan Galton
1897
Ebbinghaus mengembangkan tes aritmatic, memory span, dan sentence completion
1901
Clark Wissler menemukan fakta bahwa Brass Instrument tidak memiliki korelasi dengan pencapaian nilai akademik seseorang
1905
Binet dan Simon menemukan tes kecerdasan modern pertama
1913
Robert Yerkes menciptakan Army Alpha dan Army Beta untuk merekrut sukarelawan perang dunia pertama
1916
Lewis Terman merevisi alat tes Binet dan Simon maka lahirlah Stanford dan Binet
1917
Robert Woodworth menciptakan Personal Data Sheet, alat tes kepribadian yang pertama
1920
Rorschach Inkblot ditemukan oleh Herman Rorschach
1921
Psychological Corporation, peneliti utama dari alat-alat tes psikologi didirikan oleh Cattell, Thorndike dan Woodworth
1925
Berkembangnya SAT (Scholastic Aptitude Test) oleh Bingham dan teman-temannya dan dikembangkan kembali oleh Spearman, Thurstone, Kelly
1927
Edisi Pertama Strong Vocational Interest Blank diterbitkan
1939
Weschler Bellevue Intelegence Scale diterbitkan
1942
Minnesota Multiphasic Personality Inventory diterbitkan
1949
Weschler Intelegence Scale untuk anak-anak diterbitkan

Prinsip-prinsip Dalam Pelaksanaan Psikodiagnostik :
1.      Memberikan perlakuan yang sama pada semua individu yang hendak dites,
2.      Ada kesadaran individu untuk menjalani psikodiagnostik, sebab jika tidak ada kesadaran, tentulah hasilnya tidak sesuai dengan tujuannya.
3.      Tersedia sarana dan prasarana untuk pemeriksaan psikologis, misalnya ada macam-macam tes yang diperlukan; ruang pemeriksaan memadai, waktunya cocok dan cukup.

Proses dalam Psikodiagnostik :
1.      Proses informal melalui pandangan seseorang menilai individu dalam kesehariannya dan biasanya terjadi kesalahpahaman (kesan). Kesalahan yang umumnya terjadi dalam proses informal :
1)      Kesalahan dari penilai
2)      Kesalahan dari yang dinilai
2.      Proses formal melalui kegiatan yang sistematis dan terarah sehingga diperoleh data yang objektif dan akurat. pendekatan dalam proses formal:
1)      Pendekatan klinis
2)      Pendekatan objektif

Metode dan teknik Psikodiagnostika :
Ada beberapa metode dalam psikodiagnostika, yaitu :
1.      Observasi
Observasi adalah salah satu metode dalam psikodiagnostika, yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap subjek yang diteliti
2.      Wawancara
Wawancara atau interview merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, yang berlangsung antara interviewee dan interviewer. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh interviewee.
3.      Tes Psikologi
Tes Psikologi : is a systematic procedure for obtaining samples of behavior, relevant to cognitive, affective,or interpersonal functioning, and for scoring and evaluating those samples according to standards. (dalam Essentials of Psychological Testing, 2014). Tes dapat membantu memperoleh gambaran diri subjek. Kelebihan dari tes adalah bentuknya yang sudah standar, sehingga mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses pemeriksaan berlangsung. Respon yang diberikan diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.
Tujuan Tes Psikologi :
1.      Menyaring para pelamar kerja, program pelatihan, dan pendidikan,
2.      Mengelompokkan dan menempatkan orang – orang ke dalam konteks pendidikan dan pekerjaan,
3.      Memberikan konseling dan bimbingan individu untuk tujuan konseling pendidikan,kejuruan (vocational), dan personal,
4.      Mempertahankan atau membubarkan, mempromosikan dan memutar mahasiswa atau karyawan pada program pendidikan atau peatihan serta situasi kerja,
5.      Mendiagnosis dan menentukan perawatan psikologi dan fisik di klinis dan rumah sakit,
6.      Mengevaluasi perubahan kognitif, intrapersonal (dalam diri) dan interpersonal (antar orang) dalam kaitannya dengan program pendidikan, psikoterapetik, dan program intervensi perilaku lainnya,
7.      Menyelenggarakan penelitian mengenai perubahan perilaku sepanjang waktu san mengevaluasi efektivitas program, atau teknik baru.
Kegunaan Psikodiagnostik :
1.         Clinical setting (RS atau pusat kesehatan mental)
2.         Legal setting (peradilan, LP atau tempat rehabilitasi)
3.         Educational and vocational selection (pemilihan jurusan di SMA/K, Perguruan tinggi)
4.         Research setting (pengembangan penelitian)

Tes sebagai alat pembanding atau pengukur supaya dapat berfungsi secara baik haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
1.      Valid
2.      Reliabel
3.      Distandardisasikan
4.      Objektif
5.      Diksriminatif
6.      Komprehensif
7.      Mudah digunakan

4.      Analisa Dokumen & Riwayat Hidup
Dokumen yang dapat dianalisa dapat berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Data dalam bentuk dokumen ini memiliki kelebihan, yaitu data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional.
Tes Kecerdasan / Inteligensi (Intelligence)

Kecerdasan merupakan kemampuan berfokus dan mempertahankan kemampuan seseornag untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tes ini disusun dan dikembangkan untuk mengetahui kemampuan dasar individu secara umum. Tes kecerdasan tradisional, meskipun terkadang ada yang memiliki beberapa subtest, namun sebenarnya dirancang untuk mendapatkan angka global tunggal ukuran tingkat perkembangan kognitif umum individu. Keluaran angka ini kemudian sering disebut sebagai Intelligence Quotient (IQ). Teori kecerdasan sendiri berdasar pada model psikometri, perkembangan dan pemprosesan informasi (lihat Flanagan & Harrison, 2005 dalam pengetesan dan pemeriksaan psikologi,2008 ) yang dimana 2 jenis teori pertama mewakili pendekatan tradisional dan yang ketiga pendekatan masa kini.
Tujuan Tes Kecerdasan :
1.      Diagnosis keberadaan dan sifat kerusakan otak; mengevaluasi kemampuan mental rendah dan tinggi, serta tugas bagi anak-anak terbelakang mental dan anak – anak berbakat menyangkut program atau kelas khusus,
2.      Penyeleksian, penempatan dan klarifikasi siswa di institusi pendidikan menengah, karyawan , personalia dll,
3.      Ketentuan dan diagnosis kecacatan berkait dengan kecelakaan pekerjaan untuk tuntutan asuransi,
4.      Konseling dan rehabilitas kejuruan dan pendidikan,
5.      Psikodiagnosis anak dan orang dewasa dalam konteks klinis,
6.      Penelitian di bidang kemampuan kognitif dan kepribadian.

Format pada tes kecerdasaan ini yaitu tes individual (tes dibuat untuk satu peserta tes pada waktu yang sama) dan tes kelompok (tes dibuat untuk dilakukan secara serempak untuk banyak orang).
Macam – macam test intelegensi :
1.      IST
IST adalah alat ukur inteligensi yang dipopulerkan oleh Rudolph Amthauer di Jerman pada tahun 1970. IST terdiri dari sembilan subtes yang dapat mengukur aspek intelegensi yang berbeda-beda dan dapat berdiri sendiri. Satzergaenzung (selanjutnya disebut SE), Wortauswahl (selanjutnya disebut WA), Analogien (selanjutnya disebut AN), Gemeinsamkeiten (selanjutnya disebut GE), Merkaufgaben (selanjutnya disebut ME), Rechenaufgaben (selanjutnya disebut RA), Zahlenreinhen (selanjutnya disebut ZR), Figurenauswahl (selanjutnya disebut FA), Wuerfelaufgabn (selanjutnya disebut WU).
Fungsi dan Tujuan:
     Menggambarkan pola kerja tertentu
     Memahami diri dan pengembangan pribadi
     Merencanakan pendidikan dan karir
     Membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu

2.      CFIT
Culture-Fair Intelligence Test dari Cattel pertama kali dikeluarkan pada tahun 1944 dan satu-satunya percobaan yang pertama mengembangkan kecerdasan yang diukur bebas dari pengaruh budaya. Tes tersebut dianggap menjadi ukuran “g” (measure of “g”) dan mencerminkan teori Cattel yaitu Fluid Intelligence dan Crystallized Intelligence.
Terdiri dari tiga skala : Skala I untuk usia 4 sampai 8, skala II untuk usia 8 sampai 12 dan “orang dewasa rata-rata”, dan skala III untuk siswa SMA dan orang dewasa unggul. Skala I terdiri dari 8 substansi yang melibatkan labirin, menyalin simbol, mengidentifikasi gambar yang sama, dan tugas non verbal lainnya. Skala I dan II keduanya terdiri dari 4 subtes : (1) seri subtest dimana urutan gambar dilengkapi dengan memilih diantara pilihan respon, (2) klasifikasi subtes, dimana responden memilih satu gambar yang berbeda dari gambar yang lain, (3) subtes Matriks yang membutuhkan penyelesaian matriks atau pola, dan (4) ketentuan subtes, yang mengharuskan responden untuk mengidentifikasi beberapa gambar geometris memenuhi kondisi tertentu. Dua form yang tersedia, form A dan B, yang dikombinasi dan diberikan sebagai skala tunggal dalam proses standardisasi.
3.      STM
Merupakan salah satu contoh bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara individual maupun kelompok.

4.      SB
Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
     Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
Klasifikasi IQ

140 keatas    : Verry Supperrior
120 – 139     : Superior
110 – 119     : Rata-rata atas
90 – 109       : Normal atau Rata-rata
80 – 89          : Rata-rata bawah ( Low average)
70-79             : Boderline defective
69 kebawah  : Cacat mental ( mentally devective)

c. Administrasi test

1.     Prolognya meliputi: ucapan terima kasih, menjelaskan prosedur pemeriksaan, penjelasan tentang alat yang akan digunakan, prosedur ijin kebelakang, menanyakan kesiapan testee, dan etika hasil.
2.      Mengecek alat-alat yang akan digunakan
3.      Melaksanakan tes binet
4.      Melakukan scoring tes binet
5.      Membuat laporan.

5.      WAIS
WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised) mengukur 2 aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek performance. The WAIS merupakan the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WB) pada tahun 1939. Wechsler menunjukkan bahwa tes inteligensi seperti Stanford-Binet dirancang untuk mengukur intelegensi anak-anak dan untuk beberapa kasus yang mencakup orang dewasa tidak dapat sesuai. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya kurang sesuai. Untuk mengatasi masalah ini, Wechsler  membuat alat tes yang bernama Wechsler-Bellevue, dimana item-itemnya banyak yang diadopsi dari Tes Binet-Simon, the Army Alpha, yang biasa digunakan untuk tes militer pada Perang Dunia I dan dari tes-tes lainnya. Pada tahun 1955, Wechsler-Bellevue diganti dengan the WAIS,yang direvisi kembali pada tahun 1981 dengan nama WAIS-R, dan direvisi kembali menjadi the WAIS-3 pada tahun 1997. Item-item pada skala the WAIS diambil dari variasi tes, seperti pengalaman klinis dan dari proyek-proyek pilot. Item-item tersebut dipilih dengan dasar validitas empiris walaupun seleksinya didasari oleh Wechsler’s theory of the nature intelligence. Revisi the WAIS-R merupakan usaha untuk memodernisasi konten alat tes, seperti, informasi baru item subtes yang mengacu pada orang kulit hitam yang terkenal dan kepada wanita,untuk mengurangi ambiguitas, untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan kontroversial, untuk memfasilitasi administrasi, dan menilai dengan tepat sesuai dengan perubahan pada Manual.
Skala Verbal : Information, Digit Span, Vocabulary, Comprehension, Arithmetic (T), Similarities.
Skala Performa : Picture Completion, Picture Arrangement (T), Block Design (T), Object Assembly (T), Digit Symbol (T).

6.      WISC
WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) mengalami revisi terakhir pada tahun 1974 bertujuan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 tahun sampai dengan 15 tahun. WISC atau WISC-R terdiri dari 12 subtes yang terbagi menjadi dua bagian yaitu Verbal dan Performance. Sub tes dalam skala verbal adalah information, comprehension, arithmetic, similarities, vocabularydan digit span. Sedangkan sub tes dalam skala performance adalah picture completion, picture arrangement, block design, object assembly, coding dan mazes. Sub tes digit span dan mazes hanya digunakan sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian tes.

Tes Bakat

Tes Bakat adalah Kondisi atau serangkaian karakteristik yang dipersepsikan sebagai indikasi kemampuan individu dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau serangkaian respon dengan melalui latihan. Jadi bakat merup hasil interaksi antara hereditas & pendidikan. Tes Bakat fokus pada mengukur kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnyadimasa yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan performance seseorang dikemudian hari. Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman dan proses belajar individu yang diukur dalam tes.

Dimensi Bakat 
Menurut Guilford, bakat memiliki 3 dimensi, yaitu:

1.      Dimensi Perseptual: kemampuan dlm melakukan persepsi/ kepekaan pancaindera yang berhub dengan kepekaan penglihatan, pendengaran, kinestesi
2.      Dimensi Psikomotor: yang meliputi 6 faktor: kekuatan, impuls, kecepatan gerak/ketepatan, ketelitian (dinamis maupun statis), koordinasi dan keluwesan/fleksibilitas
3.      Dimensi Intelektual: meliputi faktor ingatan & faktor berpikir {kognisi, produksi (divergen & kovergen), & evaluasi.

Tujuan Mengetahui Bakat

1.     Tujuan Diagnosis
       Tujuan ini tentunya memberikan informasi mengenai sejauhmana minat dan bakat seseorang pada      suatu bidang.

2.     Prediksi
       Untuk memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang yang menjadi pilihannya        untuk berkarir atau lainnya.

Faktor-faktor yang dapat ditinjau dalam Tes Bakat

1. Kemampuan Verbal:
1.      Kemampuan memahami & menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan.
2. Kemampuan numerical:
2.      Kemampuan ketepatan & ketelitian memecahkan problem yang berkaitan dengan angka dan perhitungan
3. Kemampuan spatial
3.      Kemampuan merancang suatu benda secara tepat.
4. Kemampuan perceptual
4.      Kemampuan mengamati & memahami gambar dua dimensi menjadi tiga dimensi
5. Kemampuan reasoning
5.      Kemampuan memecahkan suatu masalah
6. Kemampuan mekanik
6.      Kemampuan memahami konsep-konsep seputar mekanika/mesin.
7. Kemampuan memory
7.      Kemampuan individu dalam menyimpan dan mengingat kembali informasi.
8. Kemampuan klerikal
8.      Kemampuan bekerja dibidang administrasi.
9. Kreativitas:
9.      Kemampuan menghasilkan hal-hal baru dan yang tidak biasa (istimewa).
10. Kecepatan kerja
10.  Kemampuan bekerja secara cepat dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
11. Ketelitian kerja
11.  Kemampuan bekerja secara teliti dan minor kesalahan dalam pekerjaan yang bersifat rutin.
12. Ketahanan kerja
12.  Kemampuan bekerja secara konsisten (dalam situasi kerja yang monoton atau semakin berat).

Macam – Macam Tes Bakat :
1)      Tes Kraeplin

Tes Kraepelin merupakan hasil dari ciptaan Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun proses pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar pemikiran dari faktor – faktor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan seperti apa tipe performance seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi daya gejala depresi mental. Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance dari seseorang.
2)      Tes Pauli

Tes Pauli dikembangkan pada tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof. Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran yang ingin membuat psikologi menjadi bidang ilmu pasti, yaitu membuat psikologi sebagai suatu bidang eksperimen. Di dalam penyusunan atau pembuatan test pauli ini, Richard Pauli mengambil cara yang dipergunakan oleh Kraeplin, yaitu menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan penghitungan sederhana di mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Kraeplin adalah seorang psikiater atau dokter jiwa yang menggunakan metode dengan menyuruh testee menghitung.

Adapun ciri dari test Pauli antara lain adalah: penjumlahan yang mengalir, angka yang ditulis hanya satuan, hasil penjumlahan tidak dijumlahkan dengan angka berikutnya. Tujuan pengukuran tes Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu, melihat prestasi dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap prestasi.

Tes Evaluasi Belajar
Teknik tes:
Individu yang dievaluasi (testee) akan mengalami perlakuan yang sama, dalam hal perintah, bentuk tugas, dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan evaluasi tugas. Sehingga, individu yang dites tersebut akan memiliki skor tertentu yang dapat dijadikan sebagai gambaran atas apa yang telah dievaluasi.
Instrumen Tes :
Teknik tes dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tulisan, lisan, dan tindakan.
1. Tes tulisan adalah tes yang disajikan secara tertulis, baik pertanyaan yang diajukan maupun cara menjawabnya. Jadi, ada dua perangkat penting dalam teknik tes tulisan, yaitu lembar soal dan lembar jawab.
2. Tes lisan adalah tes yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan orang yang melakukan tes dan orang yang dites.
3. Tes tindakan adalah bentuk tes yang disajikan dalam bentuk tugas tindakan. Dalam teknik ini peserta tes menyelesaikan tugas sementara tester memberikan instruksi berupa tugas serta melakukan pengamatan.
Teknik non tes:
Teknik non tes ini bisa digunakan untuk menilai psikomotorik dan afektif dari peserta didik, bukan aspek kognitifnya. Berbagai macam teknik non-tes. Pengamatan atau observasi, skala penilaian dan sikap, interview, studi kasus, angket atau kuesioner portofolio, dokumentasi, riwayat hidup.
Instrumen Non Tes :
Wawancara: Ada dua jenis wawancara yang biasa dilakukan, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berrstruktur Pada wawancara berstruktur  kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga peserta didik hanya tinggal mengategorikan jawabannya, diolah dan kemudian dianalisis untuk disusun kesimpulan. Sementara itu, pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan.
Kuesioner (angket): merupakan salah satu bentuk evaluasi yang berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kertas dan responden diminta untuk mengisi jawaban kolom-kolom yang telah tersedia.
Observasi: Hal yang diingat adalah observasi harus dilaksanakan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Sebelumnya, pengamat harus menetapkan aspek-aspek perilaku seperti apa yang akan diobservasi. Kemudian, aspek-aspek tersebut dirancang sebagai pedoman dalam melakukan observasi
Skala sikap dan penilaian: Skala sikap dipakai untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui   pernyataan perilaku individu pada suatu kategori yang bermakna nilai
Sosiometri: Instrumen sosiometri merupakan teknik evaluasi yang tepat untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri, terutama hubungan sosialnya dengan teman sekelas.
Tes Inventory
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.
Macam – Macam Tes Inventory :
I.            PAPI (The Personality Preference Inventory)
PAPI merupakan sebuah alat ukur yang memeriksa gaya kerja yang sangat populer dan digunakan oleh lebih dari 1000 perusahaan di lebih 50 negara. PAPI dirancang oleh Dr. Max Martin Kostick di tahun 1960-an. Beliau bekerja di Universitas Boston , Amerika. Tes PAPI pertama kali digunakan oleh konsultan manajemen PA consulting group pada tahun 1966. PA memiliki hak ekskudif untuk memasarkan tester tersebut ke seluruh dunia pada tahun1979, dan banyak perusahaan yang menggunakan dengan lisensi dibawah naungan PA. Tes ini merupakan pemeriksaan yang khusus berkaitan dengan kerja , tes ini berusaha untuk menjelaskan serta menjawab pertanyaan terkait permasalahan kepribadian inheren. Gaya bekerja seseorang dan melihat kemampuan seseorang dalam mengatasi dinamika dalam kelompok, terutama karyawan dalam perusahaan.
II.            NEO-PI-R (NEO-Personality Inventory Revised)
NEO-PI-R adalah sebuah alat ukur yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan cara menggunakan kuisioner yang dirancang untuk mengukur Big Five Traits. Mereka membedakan masing-masing dari kelima dimensi kepribadian tersebut dengan mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik. Setiap facet diukur oleh 8 item, maka NEO-PI-R terdiri dari 240 item (5 faktor x 6 facet x 8 item). Kelebihan dari alat ukur NEO-PI-R yaitu sifatnya yang cross cultural sehingga memudahkan untuk mereplikasi jika terdapat budaya-budaya yang berbeda-beda. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kecenderungan emosi, hubungan interpersonal, keterbukaan terhadap pengalaman baru, kecenderungan untuk tunduk pada orang lain, dan kemampuan individu dalam berorganisasi.
III.            DISC ( Dominance, Influence, Steadiness, Complience)
Alat tes DISC adalah sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti umumnya alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan rekrutmen yang lebih umum.
1. Dominant (D)
Orang yang Dominant tinggi akan bersifat asertif (tegas) dan langsung. Biasanya mereka sangat independen dan ambisius. Dalam pemecahan masalahnya, tipe dominan ini melakukan pendekatan yang aktif dan cepat menyelesaikan masalah. Mereka ini orang yang cukup gagah, mereka sangat menyukai tantangan dan persaingan. Mereka dipandang orang lain sebagai orang yang berkemauan keras. Oleh karena itu mereka menginginkan segala sesuatu sesuai dengan kemauan mereka.
2. Influencing (I)
Tipe Influencing ini senang berteman. Mereka suka menghibur orang lain dan bersifat sosial. Dalam penyelesaian masalah atau mengerjakan sesuatu, mereka banyak mengandalkan keterampilan sosial. Orang yang bersifat interpersonal ini senang berpartisipasi dalam kelompok dan suka bekerja sama. Keterbukaan sikapnya membuat orang lain memandang dirinya sebagai pribadi yang gampang bergaul dan ramah. Biasa nya pribadi seperti ini memiliki banyak teman. Tipe antarpribadi ini, tipe orang yang emosional karena mereka mudah mengungkapkan emosi kepada orang lain, emosional disini artinya bukan mudah marah, tetapi mudah mengungkapkan isi hatinya. Mereka lebih merasa nyaman berurusan dengan emosi daripada hal lain.
3. Steadiness (S)
Orang yang bertipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar. Mereka mendekati dan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan standar yang terukur dan stabil. Pada umumnya, mereka tidak begitu suka kejutan. Pribadi steadiness ini tidak banyak menuntut dan bersifat akomodatif. Mereka sangat ramah dan memperlihatkan kesetiaannya kepada mereka yang ada disekitarnya. Mereka sangat menghargai ketulusan. Orang yang bertipe steadiness ini jujur dan mengatakan apa adanya dan berharap orang lain melakukan hal yang sama. Orang lain memandang mereka sebagai orang yang tenang, berhati-hati dan konsisten dalam cara mereka menjalani kehidupan. Memiliki tingkat ketabahan yang luar biasa. Mereka dapat mempertahankan fokus dan kepentingan mereka dalam jangka waktu yang lama dibandingankan orang lain yang mampu melakukan.
4. Conscientiousness (C)
Tipe teliti ini sangat tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan). Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus terhadap fakta, menginginkan adanya bukti. Orang tipe Conscientiousness ini sangat menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan sistematis dan aturan-aturan agar semuanya terkelola dengan baik. Mengatasi konflik secara tidak langsung. Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan selalu mengalah.
IV.            EPPS (Edward Personality Preference Schedule)
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Edward menyiapkan beberapa butir soal sesuai dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya digunakan orang-orang yang akan memasuki dunia pekerjaan.
EPPS umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
V.            MBTI
Tes MBTI adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang dalam lingkungannya. Tes ini dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan putrinya, Isabel Brigss Myers. Mereka mengembangkan tes ini sejak perang dunia II (1939-1945). Mereka percaya bahwa pengetahuan akan kepribadian dapat membantu perempuan yang akan memasuki dunia kerja di bidang industri. Setelah mengalami pengembangan, akhirnya tes MBTI ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.
Tes MBTI bertujuan secara khusus untuk mengklasifikasikan orang-orang menurut tipe-tipe kepribadian yang spesifik yang kini menjadi rujukan bagi berbagai organisasi dalam melakukan tes bagi pesertanya. Kuesioner ini didasarkan pada empat skala, yang menghasilkan enam belas kemungkinan kombinasi atau tipe-tipe kepribadian yang luas. MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan. Masing-masing memiliki sisi positif dan sisi negatif. Berikut empat skala kecenderungan MBTI, yaitu :
1. Ekstrovert (E) vs Introvert (I)
Dimensi IE untuk melihat orientasi energy, apakah ke dalam atau keluar. Ekstrovert artinya pribadi yang menyukai dunia luar. Tipe kepribadian ini senang bergaul, menyenangi interaksi sosial, menyukai aktivitas dengan orang lain, dan berfokus pada dunia luar. Sebaliknya, tipe introvert adalah pribadi yang menyukai dunia dalam (diri sendiri). Tipe ini suka menyendiri, merenung, membaca, menulis, dan tidak terlalu menyukai pergaulan dengan banyak orang. Individu dengan tipe kepribadian ini mampu bekerja sendiri, berkonsentrasi dan fokus. Tipe kepribadian ini bagus dalam pekerjaan pengolahan data dan back office.
2. Sensing (S) vs Intuition (I)
Dimensi SI melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkret, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Sensing menggunakan pedoman pengalaman dan data konkret serta memilih cara-cara yang sudah terbukti. Individu tipe kepribadian ini fokus pada masa kini atau hal-hal apa saja yang bisa diperbaiki pada masa sekarang. Individu sensing bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual, serta melihat bagaimana kemungkinan yang bisa terjadi. Tipe intuition berpedoman pada imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan atau apa yang akan dicapai pada masa mendatang. Tipe ini sangat inovatif, penuh insprasi dan ide unik, bagus untuk penyusunan konsep, ide dan visi jangka panjang.
3. Thinking (T) vs Feeling (F)
Dimensi ketiga melihat bagaimana seseorang dapat mengambil keputusan. Thinking adalah selalu menggunakan logika dan melakukan analisa dalam mengambil keputusan, cenderung berpusat pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala, menerapkan prinisip dengan konsisten dan bagus untuk melakukan analisa serta menjaga prosedur atau standar. Sementara feeling adalah tipe kepribadian yang melibatkan perasaan, empati, serta nilai-nilai yang diyakini pada saat pengambilan keputusan. Tipe ini berorientasi pada hubungan dan subjektif. Bersifat akomodatif tetapi lebih terkesan memihak, empatik dan menginginkan harmoni dan bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
4. Judging (J) vs Perceiving (P)
Dimensi terakhir melihat bagaimana derajat fleksibilitas seseorang. Judging pada hal ini bukanlah judging untuk menghakimi, namun pada hal ini bertumpu pada rencana yang sistematis, senantiasa berpikir dan bertindak teratur. Tipe judging tidak suka akan hal-hal mendadak atau diluar perencanaan. Individu tipe ini bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Tipe perceiving adalah mereka yang bersifat spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat berbagai peluang yang muncul. Perubahan mendadak bukanlah suatu masalah bagi tipe ini. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
TES GRAFIS

Tes psikologi pertama-tama umumnya untuk mengukur intelegensi dan prestasi sekolah, hanya beberapa yang ditujukan untuk tes kepribadian. Di Amerika Serikat, pertengahan 1930an dimulai lebih bebas dalam interpretasi tes yang mengukur kemampuan mental dengan metode kualitatif. Tes menggambar, awal tujuan untuk mengukur intelegensi secara kaku. Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi.  Tes grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama. Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja kertas dan sebatang pensil.

Macam – Macam Tes Grafis :
a.       House Tree Person (HTP)
Pada prinsipnya dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/ kematangan intelektual Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang relevan mengenai kepribadian individu. Buck meyakini juga bahwa goresan gambar seseorang (dalam hal ini gambar rumah, pohon dan orang) dapat mewakili karakter pribadinya. HTP merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain.Tes HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum ataupun spesifik. Menurut John Duck, HTP digunakan untuk mendapatkan data tentang kemajuan individu yang dikenai suatu treatment. Baik HTP ataupun tes grafis lainnya dapat disertai dengan warna dan interpretasinya mencakup juga sesuai atau tidak sesuainya penggunaan warna terhadap objek. Yang paling penting di interpretasi adalah orientasi individu (terhadap ruang dan daya abstraksi).

b.      Draw Analisys Person (DAP)
Tes DAP (Draw A Person) atau juga sering disebut DAM (Draw A Man) merupakan salah satu bentuk alat tes Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses assessment psikologi. Tes DAP atau DAM termasuk tes individual. Pada tahun 1926, Goodenough mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi kemampuan kognitif anak yang direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya: akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual anak. DAM test ini digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.DAP atau Draw a Person adalah salah satu jenis psikotes menggambar. Tes ini mudah diinterpretasikan dan banyak digunakan di berbagai negara karena tidak ada hambatan bahasa, hambatan budaya dan komunikasi antara penguji dan peserta tes. Biasannya, DAP digunakan dalam berbagai tujuan sehingga bersifat universal.
Di Indonesia, tes ini banyak digunakan untuk perekrutan pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan lembaga lainnya. Dalam pengerjaan tes ini, bisa dilakukan secara kelompok atau individual. Tes kelompok biasanya digunakan dalam perekrerutan pegawai yang berjumlah banyak (misalnya perekrutan pegawai PNS), sementara, tes individual digunakan untuk perekrutan pegawai dengan kualifikasi tertentu dan kuantitas sangat terbatas.
Anda sebagai peserta tes akan diminta oleh pengawas untuk menggambar tiga orang pada tiga lembar terpisah yaitu gambar laki-laki, gambar perempuan dan gambar Anda sendiri. Tapi, jika Anda dites dalam sebuah kelompok, Anda hanya akan diminta untuk menggambar satu orang. Usahakan sesuai dengan jenis kelamin Anda sendiri. Identitas diri ditulis pada bagian belakang kertas supaya bidang gambar tetap bersih. Tapi tergantung pada permintaan pengawas. Intinya dengarkan setiap petunjuk dari pengawas. 
Dalam tes kelompok peserta hanya diminta menggambar satu orang saja untuk menghemat waktu. Waktu yang diberikan pengawas biasanya berkisar antara 10 sampai 15 menit.
Tujuan dari tes DAP ini yaitu sebagai alat pembantu untuk memahami stuktur kepribadian dan hal-hal bersifat fisik, tidak dapat memprediksi apa yang mungkin akan terjadi secara tepat apabila semua data yang terlibat dengan subyek tidak diprediksi dan di kontrol.

c.       BAUM Test
Tes Psikologi “Baum Test” atau yang lebih dikenal dengan “Tree Test” adalah tes psikologi yang diciptakan oleh Emil Jucker yang kemudian dikembangkan dan dipublikasikan pertama kali oleh Karl Koch pada tahun 1959. Alasan pemilihan pohon oleh Jucker sebagai objek gambar adalah pohon selalu tumbuh dan berkembang, serta hasil penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting bagi manusia dan pohon dianggap mewakili manusia. Instruksi yang WAJIB diikuti dan tidak boleh dilanggar adalah menggambar pohon berkayu, dan tidak boleh menggambar pohon seperti perdu, pinus/cemara, palma/kelapa, bambu, beringin, randu, pisang, dan rumput-rumputan. Setelah menggambar pohon, peserta diminta menulis nama atau jenis pohon yang digambar.
Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang dengan cara menganalisa gambar pohon yang dibuat oleh peserta tes. Hal ini dapat diketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya.

d.      WZT Test
Tes Warteg agak berbeda dengan Tes Gambar Orang dan tes Pohon karena bersifat lebih obyektif, dalam arti dapat dikauntifikasi, namun juga dapat dilakukan interpretasi kualitatif. Tes Wartegg berbentuk setengah halaman kertas folio, dicetak, ada 8 kotak dengan masing-masing satu tanda yang berlainan, kotak-kotak dilingkari garis hitam tebal.
Dalam melakukan interpretasi ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu: 1. Stimulus Drawing Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar yang dibuat. Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas dari gambar? SDR merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan afektivitas. 2. Vontent atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi asosiasi bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan sumber data proyektif tes. 3. Execution (pelaksanaan) Bagaimana gambar dibuat? Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes Warteg mencoba untuk mencari tahu pola reaksi yang permanen dari kepribadian si penggambar. Dari penilaian kuantitatif dapat dibuat suatu profil kepribadian dalam istilah fungsi-fungsi yaitu emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function yang ada pada tiap manusia. Demikianlah sekilas uraian tentang beberapa tes grafis, semoga dapat mendorong mahasiswa psikologi untuk mempelajarinya secara lebih mendalam.
e.       GRAFOLOGI Test
Grafologi berasal dari kata graphos yang berarti coretan atau tulisan dan logos yang berarti ilmu. Jadi grafologi adalah ilmu yang mampu menginterpretasikan karakter seseorang melalui tulisannya. Grafologi ini sudah ada sejak zaman kuno. Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui untuk mengungkapkan karakter dan kepribadian seseorang melalui tulisannya. Dengan grafologi kita dapat mengetahui motivasi diri, kestabilan emosi, keadaan mental, minat dan bakat, kecenderungan intelektual bahkan kekuatan dan kelemahan diri.
Konsep :
Ruang : Tempat seseorang dalam mencoretkan tulisannya. Agar mudah di mengerti,ruang adalah jika kita menulis di kertas A4 yang kosong, maka tempat kosong yang kita tulis ini adalah ruangnya
Gerak : Arah tulisan (kekakanan / kekiri, keatas / menurun)
Bentuk : Bentuk-bentuk dari tulisan tiap huruf ataupun kata (bentuk, huruf a,i, dsb)
f.       DRAGON Test
Tes yang dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini dieruntukkan untuk anak-anak.
Objek :
Matahari : ayah
Rumah : ibu
Pohon  : anak
Naga : kemarahan, oposisi, energi libido, kekuatan, kehendak, dinamika anak
Kolam : emosi, perasaan, sensitivitas

TES PROYEKSI
Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh apapun. Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi. Sebagai sebuah tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain.

A.    Tes Rorschach
Tes rorschach merupakan salah satu tes proyektif yang paling populer dikembangkan oleh psikiatris yang berkembangsaan Swiss bernama Herman Rorschach (1921-1942). Pertama kali tes ini deskiprisikan pada tahun 1921 dengan melakukan percobaan pada pasien yang berjumlah 1991, hasil yang memuaskan dari 40 tes ink blot, hanya 15 bercak tinta.
Tes rorschach adalah tes yang pertama menerapkan noda tinta pada penyeledikan diagnostik atas kepribadian secara keseluruhan. Tes rosa ada 10 kartu. Masing-masing kartu memuat cetakan noda tinta simetris bilateral. Lima noda tinta diletakkan pada bayangan abu-abu dan hitam saja, dua memadukan beberapa bayangan pastel.
Aspek yang dinilai  dalam tes rorschach adalah:
1.      Kognitif; taraf intelektual, pendekat, keluasan minat
2.      Afektif; emosional, tanggungjawab, reaksi terhadap stress
3.      Fungsi ego; kekuatan ego, area konflik, defense

B.     Thematic Apperception Test (TAT)

TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis. Thematic Apperception Test atau yang disingkat menjadi (TAT) adalah sebuah alat bantu untuk mengukur aspek kepribadian individu. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk menghitung, bahkan mampu menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan kognitif seseorang secara umum. Metode dengan menggunakan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing – masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong. TAT didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh motivasi internal dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas) seseorang. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.









Daftar Pustaka :

 Aiken, L.R & Groth-Marnat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 1, Edisi Kedua Belas. Jakarta : Indeks
Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan).Jakarta : PT Indeks.

 Urbina, S (2014). Essentials of Psychological Testing, Edisi Kedua. Canada : Willey.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar